Pengabdian Elkana Amarduan Jaga Ikon Perbatasan RI-Australia Secara Sukarela

45
Pengabdian Elkana Amarduan Jaga Ikon Perbatasan RI-Australia Secara Sukarela
Elkana Amarduan (Sumber: Agung Pambudhy/detik)

Jakarta, Sironline.id – Sikap dan aksi patriot ditunjukkan Elkana Amarduan warga Desa Eliasa, Kecamatan Selaru, Kepulauan Tanimbar yang mengabdikan dirinya secara sukarela menjaga salah satu aset negara yang ada di ujung Indonesia, tepatnya di Desa Eliasa yang berbatasan dengan Australia. Sejak 24 tahun lalu, Eli yamg kini berusia 65 tahun dengan setia menjaga dua aset negara yang ada di tanah petuanannya, yakni rambu suar dan tugu tapal batas Indonesia.

“Dari 1998 di Januari, saya tanggung jawab dengan aset ini. Yang saya takutkan kalau memang tidak ada yang merawat dan menjaganya, tiba-tiba ada segelintir manusia yang merencanakan kejahatan atau merusak. Saya nanti jadi orang pertama yang dituntut karena ini di dalam lahan dan dusun saya,” ujar Eli dalam wawancaranya dengan Detik dikutip Jumat, (14/10).

Menara rambu suar ini sendiri mulai dibangun pada tahun 1996 dan rampung di tahun 1997. Namun, lampunya sendiri baru aktif berfungsi sejak tahun 1998. Sejak saat itulah, dengan kerelaan hati Eli menjaga rambu suar yang menjadi ikon perbatasan RI di desanya.

“Pada tahun-tahun awal rambu suar ini berdiri, sejumlah peralatan dan solar cell sempat hilang dicuri. Kejadian ini semakin meneguhkan hatinya untuk menjadi juru kunci yang menjaga aset berharga negara ini,” jelas Eli.

Puluhan tahun menjaga salah satu aset negara, Eli mengaku tak mengharapkan kompensasi khusus untuk jasa yang dilakukannya. Walau begitu, dirinya sempat mendapatkan insentif dari pemerintah pada 2019-2020 lalu setelah dikunjungi oleh Ditjen Perhubungan Laut dan Distrik Navigasi Kelas III Tual pada tahun 2019.

Alih-alih berharap mendapat uang, Eli justru mengharapkan perhatian pemerintah dan dinas terkait untuk mendukung upayanya menjaga aset ini. Pasalnya, sejak Januari 2022 lalu lampu di rambu suar ini mengalami kerusakan dan tak lagi berfungsi.

Eli khawatir rusaknya lampu yang diakibatkan angin kencang ini dapat menjadi musibah bagi para nelayan. Sebab, rambu suar ini merupakan salah satu alat yang dapat memberi panduan keselamatan pelayanan pada kapal-kapal yang memasuki perairan di wilayah tersebut.

Baca: Shin Tae-yong: Jika Ketua Umum PSSI Mundur, Saya Juga Mundur

Meski setia menjaga ikon perbatasan Indonesia, sehari-hari Eli juga aktif berkebun dan menggeluti usaha sebagai petani rumput laut untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, ia mengimbau para pengunjung yang ingin datang ke rambu suar pada hari kerja agar dapat memberitahukan kunjungannya terlebih dahulu ke pemerintah desa supaya kunci rambu suar bisa dibuka untuk pengunjung.

Dari atas menara rambu suar perbatasan Indonesia-Australia, pengunjung bisa menyaksikan pemandangan laut dengan ombak tenang, pasir putih yang membentang luas, hutan hijau yang asri, serta gumpalan awan di langit biru yang berpadu jadi satu dengan indah bak lukisan. Potret menakjubkan dari ujung negeri yang sayang untuk dilewatkan. (rr)