Bertekad Pertahankan Kemerdekaan, Ini Kata Presiden Pada Rakyat Taiwan

15
Tsai Ing-wen
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. (Sumber: AFP)

Taiwan, SirOnline.id – Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertekad untuk merdeka dan mempertahankan negaranya dari ancaman militer China.

Ia memperingatkan pihak Xi Jinping, atas penjajahan kepada negaranya, dan akan menanggung “harga yang mahal”.

Tsai mengatakan, Taiwan pernah mengalahkan militer China saat terjadinya Krisis di Selat Taiwan pada awal Agustus 1958 silam.

Penyerangan Beijing ke pulau-pulau Taiwan, termasuk di pulau Kinmen dan Matsu, milik Taiwan itu berlangsung selama sebulan lebih, dengan hasil akhir China gagal merebut pulau-pulau Taiwan.

Hal juga disampaikan Tsai kepada delegasi eks pejabat Amerika Serikat (AS) yang kini bekerja di Institut Hoover Universitas Stanford, dan Matt Pottinger, mantan wakil penasihat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump.

“Enam puluh empat tahun yang lalu selama pertempuran 23 Agustus, tentara dan warga sipil kami beroperasi dalam solidaritas dan menjaga Taiwan, sehingga kami memiliki Taiwan yang demokratis hari ini,” ujar Tsai, dilansir dariĀ Reuters, via CNBC, Kamis (25/8).

Ia menjelaskan, ancaman dari China tak mampu menggoyahkan semangat rakyat Taiwan dalam mempertahankan kemerdekaan.

“Pertempuran ini membela Taiwan untuk kami, dan juga menyatakan kepada dunia bahwa tidak ada ancaman yang dapat menggoyahkan tekad rakyat Taiwan untuk membela negara mereka,” kata dia.

“Yang harus kita lakukan adalah membiarkan musuh mengerti bahwa Taiwan memiliki tekad dan persiapan untuk membela negara, serta kemampuan untuk mempertahankan diri,” imbuhnya.

“Harga yang mahal akan dibayar untuk menginvasi Taiwan atau mencoba menginvasi Taiwan, dan itu akan dikutuk keras oleh komunitas internasional,” tambahnya.

Sering disebut Krisis Selat Taiwan Kedua, Tsai mengungkap, itu adalah terakhir kalinya pasukan Taiwan bergabung dalam pertempuran dengan China dalam skala besar.

Saat itu Taiwan bertempur dengan dukungan dari AS, yang mengirim peralatan militer termasuk rudal anti-pesawat Sidewinder canggih. Tentu kala itu, bantuan tersebut memberi Taiwan keunggulan teknologi.

Meski AS memutuskan hubungan diplomatik formal dengan Taiwan demi Beijing pada 1979 lalu, AS ternyata tetap menjadi sumber senjata terpenting bagi Taiwan.

“Ketika Taiwan berdiri di garis depan ekspansionisme otoriter, kami terus meningkatkan otonomi pertahanan kami, dan kami juga akan terus bekerja dengan Amerika Serikat di bidang ini,” ujar Tsai.

Diketahui, ketegangan antara Taiwan dan China telah meningkat selama sebulan terakhir setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei.

China disebut menggelar latihan perang di dekat Taiwan untuk mengekspresikan kemarahannya atas apa yang dilihatnya sebagai peningkatan dukungan AS untuk pulau yang diklaim Beijing di sebagai wilayah kedaulatan China.

Latihan China di dekat Taiwan telah menimbulkan ancaman bagi status quo di selat dan di seluruh kawasan Taiwan.

Baca: Konflik Cina-Taiwan, Kini Giliran Gubernur Indiana AS yang Berkunjung ke Thailand

Tsai mengatakan, ia mitra demokratis harus bekerja sama untuk mempertahankan diri dari campur tangan negara-negara otoriter.

Pemerintah Taiwan mengatakan bahwa, karena Republik Rakyat China tidak akan pernah memerintah pulau itu.

“Beijing tidak memiliki hak untuk mengeklaim atau memutuskan masa depannya, yang hanya dapat ditentukan oleh 23 juta penduduk Taiwan,” pungkasnya. (irv)