Banyak Negara Diisukan Bangkrut Karena Resesi Ekonomi, Ini Pengertiannya

17
Tanah Abang
(SirOnline/Muhammad Hidayat)

Jakarta, SirOnline.id – Baru-baru ini ada negara dikabarkan bangkrut akibat resesi ekonomi yang mulai melanda dunia. Kelangkaan pangan dan krisis energi akibat perang, dan pandemi Covid-19 mempengaruhi ambruknya ekonomi.

Banyak orang belum memahami arti dari resesi ekonomi. Lalu, apa sebenarnya resesi ekonomi? Melansir laman wartaekonomi Sabtu (16/7), berikut informasinya:

Dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun, atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Resesi dapat juga diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Resesi bisa mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi.

Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi, yaitu suatu keadaan terjadi penurunan aktivitas ekonomi yang parah dan berkepanjangan.

Arti Resesi Ekonomi
Penurunan drastis tingkat ekonomi, biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi disebut kebangkrutan ekonomi economy collapse.

Keseimbangan antara produksi dan konsumsi atau daya beli masyarakat, merupakan dasar pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Namun, apabila produksi dan konsumsi tidak seimbang, akan terjadi masalah pada siklus ekonomi. Jika produksi yang tinggi tidak dibarengi dengan daya beli masyarakat yang tinggi, maka akan mengakibatkan penumpukan persediaan barang.

Sebaliknya, jika produksi rendah sedangkan daya beli masyarakat tinggi sehingga menyebabkan kebutuhan masyarakat tak terpenuhi, maka negara harus melakukan impor. Dan hal tersebut menyebabkan penurunan laba perusahaan dan lemahnya pasar modal.

Utang yang Berlebihan
Ketika individu atau bisnis memiliki terlalu banyak utang, dan tak mampu membayar tagihan mereka, dapat menyebabkan kebangkrutan kemudian membalikkan perekonomian.

Penggelembungan Aset
Penggelembungan aset terjadi ketika investasi didorong oleh emosi. Misalnya pada 1990-an saat pasar saham mendapat keuntungan besar.

Mantan Pemimpin FED, Alan Greenspan sering mengungkapkan istilah dengan nama “kegembiraan irasional.”

Investasi yang didorong oleh emosi ini menggembungkan pasar saham, sehingga ketika gelembungnya pecah, maka akan terjadi panic selling yang tentunya, juga dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.

Inflasi
Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk bagi ekonomi. Tetapi inflasi yang berlebihan dapat membahayakan resesi.

Bank Sentral Amerika Serikat maupun Bank Indonesia, umumnya menaikkan suku bunga untuk menekan aktivitas ekonomi. Inflasi yang tak terkendali adalah masalah yang pernah dialami Amerika Serikat pada tahun 1970-an.

Baca: Krisis Ekonomi Indonesia Tak Seburuk Sri Lanka, Begini Kata Pengamat

Deflasi
Deflasi adalah saat harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah menyusut, yang selanjutnya menekan harga. Ketika deflasi lepas kendali, orang dan bisnis berhenti berbelanja, mana hal ini berdampak pada ekonomi suatu negara.

Deflasi yang tak terkendali pernah dialami Jepang yang menyebakan negara itu alami resesi. Jepang berjuang sepanjang tahun 1990-an untuk keluar dari resesi tersebut.

Dampak dari Resesi Ekonomi
Ketersediaan barang yang dikarenakan pabrik mengurangi produksi, bahkan, tak jarang terjadi pemutusan hubungan kerja yang mengakibatkan banyaknya angka pengangguran dan kemiskinan. (irv)