Krisis Ekonomi, Ini Daftar 10 Negara yang Mengalami Inflasi Terparah pada Juni 2022

101
Mata uang Zimbabwe
Mata uang Dolar Zimbabwe mengalami inflasi tertinggi di dunia. (Sumber: CNBC)

Jakarta, SirOnline.id – Berbagai negara kini dihantui inflasi yang melonjak. Apalagi semenjak perang Rusia-Ukraina, harga komoditas pangan dan energi kian melambung.

Amerika Serikat mengumumkan inflasi tembus 9,1 persen pada Juni 2022. Angka itu menjadi yang tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Negara maju maupun berkembang lainnya juga mengalami lonjakan inflasi yang cukup tinggi tahun ini.

Melansir CNBC Indonesia pada, Jumat (15/7) berikut ini 10 negara dengan inflasi tinggi selama krisis berdasarkan data dari Trading Economics:

1. Lebanon (211,43 persen)
Lebanon menjadi negara dengan loncatan inflasi tertinggi, yakni mencapai 211,43 persen pada Mei ini.

Kenaikan inflasi di negara tersebut didorong oleh kenaikan harga perumahan , transportasi, peralatan rumah tangga, dan kesehatan.

Dalam skala bulanan, harga konsumen naik 7,85 persen di Mei, terbesar dalam lima bulan, meningkat dari kenaikan 7,10 persen di bulan sebelumnya.

2. Sudan (192 persen)
Sudan mengalami inflasi sebesar 192 persen pada Mei 2022. Tahun lalu, inflasi Sudan meroket hingga 400 persen di tengah ketidakpuasan masyarakat atas reformasi ekonomi yang dilakukan pemerintah setempat. Reformasi itu didukung oleh Dana Moneter Internasional atau IMF.

Lonjakan inflasi terjadi karena kenaikan harga termasuk pada makanan. Sudan telah melalui transisi yang sulit sejak penggulingan Presiden Omar al-Bashir pada April 2019, menyusul protes massal terhadap pemerintahannya yang dipicu oleh kesulitan ekonomi.

3. Zimbabwe (192 persen)
Angka terbaru menunjukkan tingkat inflasi Zimbabwe mencapai 192 persen pada Juni 2022. Ini adalah angka tertinggi sejak April tahun lalu. Inflasi memperburuk krisis ekonomi yang telah ada sebelumnya. Hal ini membuat penduduk Zimbabwe kian miskin.

Zimbabwe pernah menyandang status hiperinflasi pada 2008 ketika inflasinya mencapai 500 miliar persen. Kekhawatiran ini meningkat karena inflasi saat ini sudah menyentuh 190 persen.

Masalah ekonomi Zimbabwe sudah menahun dan semakin parah karena korupsi, rendahnya investasi yang masuk, dan tumpukan utang.

Ironisnya, warga Zimbabwe tidak mempercayai mata uang negara mereka sendiri dan memilih menyimpan uang dalam bentuk dolar AS.

4. Venezuela (167 persen)
Inflasi Venezuela mencapai 167 persen pada Mei 2022. Pada bulan sebelumnya negara ini mencapai tingkat inflasi di level 22,3 persen.

Ketergantungan Venezuela pada pendapatan minyak bumi menyebabkan negara itu rentan terhadap fluktuasi harga. Ketika harga minyak turun drastis, dampaknya sangat memberatkan bagi Venezuela seperti yang terjadi pada 2014.

5. Suriah (139 persen)
Inflasi Suriah mencapai 139 persen pada Agustus 2021. Inflasi di negara tersebut melonjak sejak pecahnya perang saudara.

Ekonomi Suriah dilanda sanksi ekonomi besar-besar hingga membatasi perdagangan dengan Liga Arab.

6. Turki (78 persen)
Turki mengalami inflasi mencapai 78 persen pada Juni 2022 dan terancam resesi. Negara itu terjebak dalam krisis setelah inflasi mencapai lebih dari 60 persen. Mata uang lira Turki pun jatuh ke posisi terendah sepanjang masa terhadap euro dan dolar AS sejak tahun lalu.

Kebijakan pemangkasan pajak dan subsidi bahan bakar untuk meredam lonjakan inflasi yang diambil Pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan gagal membawa Turki keluar dari krisis.

Sementara, utang luar negeri Turki sudah menembus 54 persen dari PDB negaranya, tingkat yang cukup mengkhawatirkan mengingat utang pemerintahnya mendominasi.

7. Argentina (60 persen)
Lonjakan inflasi di Argentina mencapai 60 persen pada Mei 2022. Sekitar 4 dari 10 orang Argentina menjadi orang termiskin. Bahkan, jutaan orang bertahan hidup dari dapur umum lewat program kesejahteraan dan bantuan sosial

Kejatuhan ekonomi Argentina terjadi setelah bank sentral negara kehabisan cadangan devisa karena pelemahan mata uang peso Argentina. Diproyeksikan, inflasi tahun ini mencapai lebih dari 70 persen.

8. Suriname (59,8 persen)
Inflasi Suriname mencapai 59,8 persen pada April 2022. Angka ini nyatanya masih jauh lebih baik ketimbang Maret yang mencapai 62,20 persen.

Penyebab inflasi adalah kenaikan harga makan dan minuman. Pasalnya, kategori terpenting dalam indeks harga konsumen Suriname adalah makanan dan minuman non-alkohol yang menyumbang angka 40,4 persen.

Baca: Sri Lanka Umumkan Keadaan Darurat Nasional

9. Sri Lanka (54,6 persen)
Inflasi Sri Lanka mencapai 54,6 persen pada Juni 2022, disumbang oleh volatile food melonjak sampai 80,1 persen. Ini adalah kali pertama Sri Lanka mengalami inflasi di atas 50 persen.

Data resmi menyebut rekor inflasi kesembilan berturut-turut tersebut terjadi setelah IMF meminta negara bangkrut itu mengendalikan lonjakan harga.

Mengutip AFP, Jumat (1/7), data inflasi diumumkan tepat beberapa jam setelah Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak Sri Lanka untuk menahan lonjakan harga dan mengatasi korupsi demi menyelamatkan ekonomi yang bermasalah.

Sri Lanka mengalami kelangkaan energi yang menyebabkan harga pangan melambung. Akibatnya, negara tersebut pun bangkrut.

10. Iran (52,5 persen)
Iran mengalami inflasi yang mencapai 52,5 persen pada Juni 2022. Angka inflasi tersebut naik drastis dibandingkan Mei yang hanya sebesar 39,3 persen.

Inflasi didorong oleh banyak sekali barang kebutuhan masyarakat yang melonjak di Iran, makanan dan minuman juga naik hingga 82,6 persen, perumahan dengan kenaikan 29,6 persen, transportasi yang naik 42 persen, dan peralatan rumah tangga dengan kenaikan sekitar 30 persen. (irv)