Berawal dari ‘Proyek Menang’ Kini Bantu Wujudkan Kemandirian Alutsista di Tanah Air

39
PT Dahana
Kantor Pusat Perum Dahana, Subang. (Sumber: Dok Dahana)

Subang, SirOnline.id – PT Dahana merupakan perusahaan BUMN pembuat bahan peledak yang berkantor pusat di Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Pabrik yang menjadi kiblat bahan peledak di Indonesia ini, ternyata memiliki sejarah panjang dalam perjalanannya untuk menjadi seperti sekarang.

Senior Manager Legal & Corporate Communication PT Dahana Juli Jajuli menuturkan, PT Dahana memulai sejarahnya pada tahun 1966 dari ‘Proyek Menang’ yang diprakarsai oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).

Kata ‘Menang’ sendiri diambil dari nama sebuah dusun di Desa Kuwiran, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Di sana, TNI AU membangun pabrik roket pertama di Indonesia. Dipilihnya Dusun Menang sebagai lokasi pembuatan roket, karena letaknya yang strategis, berdekatan dengan Pangkalan Udara Iswahyudi.

“Karena dianggap berbahaya jika sewaktu-waktu pangkalan udara diserang, Dahana pindah ke Tasikmalaya. Di kota santri itu mulai dibangun tiga bagian pabrik. Proyek Menang I diubah namanya jadi Pabrik Roket Menang I. Sedangkan, dua pabrik baru dibangun dengan nama pabrik Proyek Menang (PM) II yang memproduksi dinamit, dan Proyek Menang (PM) III sebagai Side Line Production,” ujar Juli Kampus Dahana Subang melalui rilis yang diterima redaksi, Jumat (15/7).

Pada Februari 1973, dijajakilah kemungkinan pengubahan Proyek Menang menjadi sebuah perusahaan umum (Perum). Hingga pada 1 Oktober 1973, terbitlah Peraturan Pemerintah Nomor 36/1973 tentang Perubahan Proyek Menang menjadi Perusahaan Umum Dahana.

Nama Dahana kata Juli, diambil dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti “api”. Logo Proyek Menang pun, saat itu turut diubah menjadi segilima yang merepresentasikan TNI AU di antara gambar kendil, serta api yang sebelumnya mengarah ke kiri menjadi ke kanan.

“Perubahan status Dahana menjadi Perum merupakan langkah awal menjadi perusahaan yang lebih profesional. Kebetulan juga Indonesia tengah mengembangkan industri berbasis teknologi sejak tahun 1970-an, di tengah perdebatan mengenai strategi yang akan digunakan,” kata dia.

Pada masa tersebut Dahana sempat mengalami jalan yang terjal, salah satu gudang milik Dahana meledak yang mengakibatkan penghentian seluruh aktivitas Dahana, dari mulai penelitian, pengembangan, hingga operasi.

Setelah kejadian tersebut, keluarlah keputusan yang membolehkan impor bahan peledak oleh pengguna akhir, yang membuat carut marut dunia bahan peledak Indonesia.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah akhirnya mengeluarkan Keputusan Presiden No. 27 Tahun 1982 yang isinya menunjuk Dahana sebagai satu-satunya perusahaan yang dapat mengimpor, memproduksi, dan mendistribusi bahan peledak di dalam negeri. Pada tahun 1991 Dahana resmi menjadi perseroan.

Namun, monopoli bahan peledak tak berlangsung lama, pada tahun 1994, pemerintah kembali membuka kran persaingan pasar bahan peledak dalam negeri yang mengimpor dari perusahaan-perusahaan bahan peledak nomor wahid di dunia.

Juli menjelaskan, pada saat itu, dengan segala pengalaman memilukan bagi perusahaan, bukan tidak mungkin Dahana ditinggalkan oleh para pekerjanya dan berakhir gulung tikar.

Beruntung hal tersebut tidak sampai terjadi. Menurutnya, kunci bertahannya Dahana hingga kini adalah keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan pantang menyerah

“Kunci sukses yang diwujudkan oleh PT Dahana sejak awal berdiri hingga eksistensinya saat ini adalah buah kerja keras dan komitmen yang dituangkan dalam visi dan misi perusahaan agar terus tumbuh dan berkembang. Salah satu di antaranya berada pada SDM,” imbuhnya.

Dengan semangat inovasi, Dahana bermetamorfosis menjadi perusahaan yang dapat menjawab berbagai kebutuhan bahan peledak, dengan jasa peledakan terpadu di tanah air.

PT Dahana juga mulai melakukan diversifikasi produk dan layanan usaha, dari pasar komersial hingga pasar militer.

Perkembangan pesat Dahana di bidang bahan peledak komersial, dianggap pemerintah dapat menjadi bagian dari industri pertahanan yang mampu mewujudkan kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dan alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam) nasional.

Baca: Menhan Prabowo: Pertahanan Penting dan Beli Alutsista Butuh Waktu

Pada 2 Maret 2022, akhirnya Dahana secara resmi menjadi bagian dari holding BUMN industri pertahanan DEFEND ID. Bersama empat BUMN industri pertahanan lainnya, Dahana ditantang untuk menembus Top Global 50 Defense Company dan meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

Satu persatu tugas Dahana mulai dikerjakan. Dengan pembangunan pabrik elemented detonator, Dahana mampu meningkatkan nilai TKDN hingga 50 persen dan menghemat devisa negara.

“Saat ini, pekerjaan rumah pembangunan pabrik amonium nitrat juga sedang dikebut, untuk menancapkan taring Dahana di hulu industri bahan peledak,” pungkas Juli. (irv)