Moeldoko Ajak Produsen Kendaraan Listrik Vietnam Kolaborasi dengan Indonesia

16
Moeldoko
KSP Moeldoko saat melakukan pertemuan daring dengan Duta Besar Vietnam Ta Van Thong, Selasa (12/7). (Sumber: Sekretariat Presiden)

Jakarta, SirOnline.id – Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia Moeldoko mengajak produsen kendaraan listrik Vietnam, untuk berkolaborasi dengan produsen kendaraan listrik dalam negeri.

Hal ini disampaikannya dalam pertemuan dengan Duta Besar Vietnam untuk Indonesia Ta Van Thong di Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (12/7).

“Hubungan antara Indonesia dan Vietnam sangat baik dan kuat, dibuktikan dengan perdagangan bilateral kedua negara yang sudah mencapai lebih dari 10 Milyar USD. Saya berharap kerja sama strategis ini terus diperkuat,” ujar Moeldoko, dilansir dari rilis KSP.

“Lebih lanjut, saya mengundang Vietnam untuk berkolaborasi dengan Indonesia mengembangkan ekosistem kendaraan listrik baik di dalam negeri dan di kawasan Asia Tenggara,” kata dia.

Selama ini Vietnam dikenal sebagai negara di kawasan Asia Tenggara yang industri mobil listriknya sudah lebih maju.

Bahkan, produsen mobil VinFast juga berencana untuk membangun pabrik di North Carolina, Amerika Serikat, untuk membuat bus listrik, kendaraan sport (SUV) dan baterai untuk kendaraan listrik.

Indonesia telah menyatakan kesiapannya untuk memasuki era kendaraan listrik yang tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

“Vietnam memang memiliki produsen kendaraan listrik bahkan produksinya sudah akan dikembangkan di Amerika Serikat. Saya akan berupaya menjembatani produsen asal Indonesia untuk bekerja sama dengan Vietnam dalam mengembangkan kendaraan listrik,” kata Duta Besar Vietnam Ta Van Thong.

Baca: Presiden: Menteri Fokus Bekerja, Jangan Kampanye!

Selain membicarakan hubungan bilateral antar kedua negara, Ta Van Thong juga mengabarkan perihal kunjungan Menteri Luar Negeri Vietnam, Bui Thanh Son, ke Indonesia yang rencananya dilakukan pada bulan Juli ini.

“Salah satu agenda kunjungan itu akan membicarakan tentang penyelesaian negosiasi batas maritim (Zona Ekonomi Eksklusif/ZEE) antar kedua negara,” pungkas Ta Van Thong. (irv)