Menyingkap Kehidupan Nyentrik Pelukis Affandi

315
Museum Affandi
Ogoh-ogoh Affandi yang dibuat oleh orang Bali untuk memperingati haul Museum Affandi yang ke-100 tahun. (SirOnline/Ricardo Ronald)

Yogyakarta, SirOnline.id – Cuaca Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) siang itu cukup terik, ketika sironline menyambangi museum Affandi di Jalan Laksda Adisucipto Nomor 167, Papringan, Kabupaten Sleman. Halaman depan museum dipenuhi kendaraan, rupanya hari itu banyak pengunjung menghabiskan waktu bersama keluarga di museum kebanggaan masyarakat Yogyakarta ini.

Memasuki gerbang, di sisi kiri pengunjung langsung disuguhi patung sang maestro Affandi Koesoema yang sedang duduk santai di bawah rimbunnya bunga. Gayanya yang nyentrik dengan baju kutang dan sarung seakan siap menerima siapa saja untuk berkunjung ke tempat tersebut.

Museum Affandi
Galeri I Museum Affandi. (SirOnline/Ricardo Ronald)

Museum Affandi sendiri dahulunya adalah sebuah rumah yang dijadikan tempat tinggal keluarga Affandi. Bangunan rumah ini berbentuk panggung dan sangat unik karena bentuk atapnya yang menyerupai daun pisang. Di sini pengunjung dapat menyaksikan langsung kehidupan Affandi dan keluarganya semasa beliau hidup. Termasuk melihat langsung makam sang maestro.

Menurut cerita pemandu museum, awal mulanya bangunan di museum ini hanya terdapat satu galeri yang dirancang sendiri oleh Affandi dengan biaya hasil penjualan lukisan-lukisannya.

Museum Affandi
Mit Daughter merupakan lukisan Affandi bersama dengan anak perempuannya. Menunjukkan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. (SirOnline/Ricardo Ronald)

“Pembangunan Galeri I ini selesai pada tahun 1962 dan dibuka untuk umum tahun 1974. Kemudian oleh Presiden Soeharto dibangun lagi Galeri II di tahun 1988,” ujar sang pemandu di ruang Galeri I yang berada di sisi kiri halaman parkir museum.

Di Galeri I ini pengunjung akan menemukan karya-karya seni lukis Affandi dari awal hingga akhir ia berkarya atau disebut dengan Pameran Restrospektif (Retrospective Exhibition). Lukisan tersebut terdiri atas sketsa, lukisan cat air, pastel serta cat minyak di atas kertas. Affandi bahkan melukis aksi telanjang sang Istri, telanjangnya seorang pekerja seks komersial (PSK) hingga lukisan wajah sang Ibunda bersama Istri.

Museum Affandi
Lukisan cucu Affandi, Didit. (SirOnline/Ricardo Ronald)

“Maryati (istri Affandi) selalu menjadi seorang model ketika Affandi butuh untuk lukisannya. Hal tersebut menunjukkan dukungan Maryati kepada suaminya sebagai seorang pelukis dan kerendahan hatinya untuk selalu siap di situasi apapun. Sementara itu lukisan PSK telanjang, Affandi menonjolkan layar belakang yang gelap. Kesan negatif dan dingin dari sikap masyarakat terhadap prostitusi terekspresikan dengan jelas dalam lukisan ini,” jelas pemandu museum.

Masih di Galeri I, pengunjung juga akan menemukan hasil karya tiga buah patung reproduksi yaitu Potret Diri 1, Potret Diri 2 , dan Potret Diri bersama Kartika. Ada juga mobil kesayangan Affandi yaitu Mitsubishi Gallant 1976 serta berbagai koleksi alat-alat lukis Affandi, penghargaan, serta sarung dan pipa cangklong untuk merokok.

Museum Affandi
Sarung yang sering digunakan Affandi saat melukis, mereknya Amphora. (SirOnline/Ricardo Ronald)

Di Galeri II, di sini banyak di pamerkan sketsa-sketsa lukisan dari Affandi. Biasanya untuk memulai suatu lukisan, Affandi akan terlebih dahulu membuat sebuah sketsa yang dibuat di atas kertas-kertas kecil.

Di Galeri III, hal berbeda akan ditemui pengunjung, di sini karya yang dipamerkan bukanlah karya Affandi namun karya-karya dari Maryati sang Istri, Kartika serta Rukmini sang anak.

Museum Affandi
Beberapa jenis cangklong yang digunakan Affandi saat melukis. (SirOnline/Ricardo Ronald)

“Karya-karya ‘naif’ nya Maryati adalah hasil ungkap keluguan untuk menangkap suasana lingkungan kehidupan sehari-hari, sehingga sangat ‘lucu’ bila diperhatikan. Maryati tidak mengenal anatomi, perspektif ataupun komposisi warna, namun Maryati tidak pernah berhenti berkarya hingga terhenti saat matanya mengabur mengidap Glaukoma,” ungkap pemandu.

Baca: Ini Dia Tiga Lokasi Wisata di Depok Pilihan Keluarga di Akhir Pekan

Terakhir galeri studio Gajah Wong I, di sini pengunjung bisa melihat lukisan-lukisan Didit, cucu Affandi dari Kartika. Gaya lukisan sang cucu sangat mirip dengan Affandi yaitu ekpresionis dan abstrak.

Mengunjungi museum Affandi seperti mengajak untuk introspeksi diri tentang kehidupan. Lukisan dengan objek-objek yang nyata mengingatkan bahwa hal-hal sekecil apapun bisa kita jadikan pelajaran.

Museum Affandi buka setiap hari mulai pukul 9.00 hingga 16.00. Tutup pada hari libur nasional. Tiket untuk domestik umum adalah Rp50.000, pelajar/mahasiswa domestik Rp25.000, Wisatawan Mancanegara Rp100.000 dan pelajar asing Rp 50. 000. Ini sudah termasuk gratis souvenir dan bebas foto. (Ricardo Ronald)