Benarkah Beli Nasi Padang Jika Dibungkus Lebih Banyak?

25
nasi padang
Foto hidangan nasi padang. (Sumber: instagram @nasipadangkita)

Karawang, SirOnline.id – Nasi padang adalah hidangan yang disajikan lengkap dengan rendang, ikan, sayuran, dan berbagai lauk lainnya.

Restoran padang mudah ditemui di mana saja, hampir di berbagai kota di tanah air ada nasi padang.

Namun benarkah jika membeli nasi padang dibungkus atau dibawa pulang porsinya akan diberikan lebih banyak? Uda Minto, pemilik rumah makan Padang, di Pasar Loji, Karawang saat ditemui sironline Rabu (6/7) mengisahkan, pada zaman kolonial Belanda orang yang membeli nasi padang dan makan di tempat, mayoritas adalah orang Belanda.

“Nasi padang dikenal makanan mahal, kalau dulu, orang yang makan di tempat biasanya orang Belanda, sedangkan orang pribumi biasanya dibungkus,” ujar Uda Minto.

Pemilik rumah makan yang memang orang pribumi, lantas memberi prosi seukuran batok (centong) nasi berukuran kecil untuk mengelabui harga agar orang Belanda menambah porsi dan menambah uang jika merasa perutnya kurang kenyang.

“Ceritanya, kalau diberi porsi kecil orang Belanda akan nambah porsi dan nambah uang untuk makan. Sedangkan dulu orang pribumi mayoritas hidupnya miskin. Mereka jika membeli nasi padang selalu dibungkus karena untuk dimakan rame-rame di rumah,” kata dia.

Mengetahui hal itu, pemilik rumah makan lantas menambah porsi nasi lebih banyak, sebab mereka tahu bahwa satu bungkus nasi untuk dimakan bersama. Hal itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas antar pribumi.

“Itu sudah kebiasaan dari zaman dulu, kenapa porsi dibungkus lebih banyak? Karena pemilik rumah makan juga tahu bahwa warga pribumi beli bukan untuk dimakan sendiri,” imbuhnya.

Ditambahkan Uda Minto, saat ini jika pemilik atau pedagang nasi padang itu benar-benar asli orang Padang atau Minang, budaya menambah porsi lebih banyak jika beli dibungkus masih tetap berlaku.

“Kalau yang dagang asli dari Padang atau Minang, budaya menambah porsi dibungkus itu masih berlaku, sebab sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun,” kata Uda Minto.

Ia mengungkap, memberi porsi lebih banyak dibungkus merupakan budaya turun temurun sebagai bentuk solidaritas antar warga pribumi. Namun hal itu tentu saja tidak berlaku di semua rumah makan Padang.

“Sebenarnya tidak semua begitu, tapi memang kalau dia benar-benar orang Padang sudah pasti akan menambah porsi. Karena itu sudah jadi semacam tradisi,” kata dia.

Lantas apa bedanya rumah makan Padang dengan rumah makan Minang? Hal itu dijelaskan Uda Minto, jika rumah makan Padang sudah termasuk umum namun tidak dengan rumah makan Minang.

Baca: Ini Dia Tiga Lokasi Wisata di Depok Pilihan Keluarga di Akhir Pekan

“Kalau nasi Padang sudah menjadi umum, beda dengan rumah makan Minang, dia khusus. Perbedaan paling mencolok, rumah makan Padang yang masak tidak selalu orang Padang, tapi kalau rumah makan Minang, yang masak itu mesti orang Minang asli,” katanya.

Dua perbedaan itu juga didasari sebagai tradisi turun temurun orang masyarakat Minang, “Ibarat peribahasa, masakan ibu sudah pasti lebih enak dari pada masakan lain. Orang Minang percaya jika yang memasak asli orang Minang rasanya tidak akan berubah, akan tetap enak,” pungkasnya. (irv)