Sopir Ambulans Ungkap Kondisi Awal Jenazah Brigadir J

18
2022-08-25_Sidang Kode Etik Ferdy Sambo_Iday
Irjen Ferdy Sambo. (SirOnline/Muhammad Hidayat)

Jakarta, SirOnline.id – Fakta-fakta di balik kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J terus terungkap. Terbaru, kesaksian dari sopir ambulans bernama Ahmad Syahrul Ramadhan yang bertugas mengangkut jenazah Brigadir J di rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga menuju RS Polri Kramat Jati.

Syahrul merupakan salah satu saksi yang dihadirkan di PN Jaksel, Senin (7/11). Ia bersaksi di hadapan tiga terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J yakni Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Ma’ruf dihadirkan bersama dalam persidangan hari ini.

Syahrul mengungkap beberapa hal yang dia saksikan saat hendak mengangkat jenazah Brigadir J. Saat itu sang sopir ambulans melihat jasad Brigadir J masih mengenakan masker dan tubuhnya berlumuran darah.

Mengutip Tempo, Syahrul menuturkan, ia berangkat ke lokasi kejadian setelah mendapat telepon dari call center pada pukul 19.08 WIB. Pada pukul 19.13 lalu ada nomor yang mengontaknya untuk datang ke lokasi penjemputan jenazah. Ia pun berangkat dari Pancoran Barat 7 menuju lokasi rumah Sambo.

“Kemudian saya jalan dari Tegal Parang menuju lokasi penjemputan yang dikirim, lalu sampai di Siloam Duren Tiga ada orang tak dikenal ketok kaca mobil. ‘Mas mas sini mas saya yang pesen ambulans’ beliau naik motor, masuk komplek ada gapura di situ ada anggota provos lalu saya disetop,” jelas Syahrul.

Saat mendekati lokasi, Syahrul diminta mematikan sirene ambulans. Ia kemudian diarahkan menuju garasi. Setibanya di rumah Sambo, Syahrul membuka pintu belakang mobil ambulansnya dan mengambil tandu karena sudah ada dua mobil terlebih dahulu terparkir di parkiran rumah tersebut.

“Saya bilang, izin karena enggak muat, saya bawa tandu saja. Terus langsung masuk ke dalam rumah. Sampai di dalam rumah saya kaget karena ramai dan banyak juga kamera,” ujarnya.

Syahrul kemudian diminta mengikuti arahan petugas hingga bertemu sosok jenazah tergeletak dan berlumuran darah di samping tangga rumah dinas Ferdy Sambo. Seorang petugas lalu menyuruhnya untuk mengecek nadi dari tubuh yang tergeletak di lantai tersebut. “Saya disuruh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek sudah tidak ada nadinya,” katanya.

Saat mengecek nadi jenazah itu, Syahrul mengaku telah menggunakan sarung tangan karet. Ia kemudian meminta izin untuk mengambil kantong jenazah setelah diminta untuk mengevakuasi.

Saat mengevakuasi, Syahrul melihat darah segar keluar dari tubuh jenazah. Ia juga melihat bekas tembakan pada tubuh jenazah itu. Luka tersebut diungkapkan Syahrul berbentuk bolong. Ia mengungkapkan tidak melihat luka selain di dada jenazah.

Baca: Kematian Brigadir J, Kapolri Diminta Audit Penempatan Ajudan yang Berlebihan di Istri Pejabat Polri

“Ada darah. Saya enggak ngerti apa keluar dari kepala, atau genangan darah. Karena itu juga wajah ditutup masker, saya enggak buka-buka. Luka tembak di dada,” kata dia.

Jenazah tersebut lalu dimasukkan ke kantong jenazah namun kantong tersebut tidak muat. Ia lalu melipat kakinya sedikit lalu menutup kantong tersebut dengan menutup resletingnya. Setelah itu dibawa menggunakan tandu untuk dimasukkan ke ambulans. (un)