Cek Fakta: Benarkah Video Burung yang Beredar Adalah Penampakan Garuda?

26
Andean condor
Tangkap layar video burung Andean condor. (Sumber: Facebook Silvana V Andrade)

Jakarta, SirOnline.id – Beredar sebuah video di WhatsApp yang menunjukkan seekor burung, yang tengah bersiap untuk terbang dari pinggir tebing, dan dipotret beberapa orang.

Beredarnya video tersebut disertai dengan narasi yang menyatakan bahwa, burung dalam video tersebut adalah burung garuda yang terlihat di daerah hutan Gunung Penanggungan, Jawa Timur.

“Anda Beruntung Bisa Melihat Walau Cuma Video Dan Simpan Utk Dokomentasi Ya, Karena Burung Garuda Yg Lambang Negara Ini Sangat Langka Dan Semua Org Menganggap Mitos Tidak Ada Burung Yg Suka Melebarkan Sayapnya 24 Jam Sangat Gagah Ditakuti Semua Burung Di Dunia Ini Rajanya Burung,” tulis caption dalam pesan berantai disertai video burung tersebut.

“Ternyata Burung Garuda Bukan Hanya Mitos Atau Dongeng. Dalam Cerita Ramayana Dia Adalah Jatayu. Burung Yang Sangat Jarang Menampakan Dirinya. Tapi Baru² Ini Garuda Telah Menampakan Dirinya Di Daerah Hutan Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Burung Yg Sayapnya Luar Biasa Lebar Dan Indah Sekali. Mudah² an Dengan Kemunculan Burung Ini Pentanda Negara Republik Indonedia Tetap Kuat Jaya Khususnya Saudar² Ku Yg Terima Video Ini Sehat Panjang Umur Dan Penuh Berkah Bahagia Sekeluarga,” lanjut keterangan itu.

Berdasarkan hasil penelusuran, burung dalam video tersebut bukan burung garuda. Video tersebut merupakan video seekor burung Andean condor yang baru dikembalikan ke alam liar dari penangkaran di Catamarca, Argentina.

Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun Facebook dengan nama pengguna Silvana V Andrade (https://www.facebook.com/silvana.v.andrade/).

Baca: Ilmuwan China Temukan Garis Keturunan Harimau Punah

Silvana adalah pendiri ANDA, sebuah organisasi pencinta hewan di Argentina.

Bukan burung garuda. Faktanya, video tersebut merupakan video seekor burung Andean Condor yang baru dikembalikan ke alam liar dari penangkaran di Catamarca, Argentina.

Dengan demikian, narasi yang beredar melalui WhatsApp tersebut dapat dikategorikan sebagai konteks yang salah atau hoaks. (irv)