Misteri Kematian Brigadir J, CCTV Telat 25 Menit, Kenapa Ferdy Sambo Pulang Naik Pesawat?

21
Brigadir J dan Irjen Ferdy Sambo
Brigadir J dan Irjen Ferdy Sambo, silang pendapat para ahli terkait penembakan Brigadir J. (Sumber: CNN Indonesia)

Jakarta, SirOnline.id – Misteri kematian Brigadir J alias Novryansah Yosua Hutabarat mulai terungkap setelah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan sejumlah prosedur pemeriksaan.

Komnas HAM pekan ini dijadwalkan akan melakukan sejumlah pemeriksaan intensif terhadap sejumlah pihak. Antara lain tim dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, para ajudan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri non-aktif Irjen Ferdy Sambo, serta tim yang mengolah rekaman kamera pengamanan atau CCTV (closed circuit television) untuk menelusuri jejak Yosua sebelum kematian.

Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan terdapat 20 rekaman CCTV dari 27 titik yang diperlihatkan kepada mereka oleh tim digital forensik dan siber Polri.

Rekaman tersebut menunjukkan perjalanan, rombongan istri Irjen Ferdy Sambo dari Magelang menuju Jakarta.

Istri Irjen Ferdy Sambo bersama Brigadir J dan Bharada E diketahui sempat melakukan PCR bersama di rumah pribadinya di Jalan Saguling III, Duren Tiga, Jakarta sepulang dari Magelang.

“Dalam video itu, ada jamnya dan prosesi PCR semua, termasuk almarhum Brigadir J ada di sana,” ujar Anam di kantor Komnas HAM.

Menurutnya, temuan terpenting dalam video tersebut, yaitu menunjukkan bahwa, Brigadir J masih hidup sepulang perjalanan dari Magelang.

“Masih hidup dan tidak ada kekurangan satu apa pun,” kata dia.

Ia menyatakan, pihaknya telah mengantongi informasi bahwa, Irjen Ferdy Sambo tak berada dalam rombongan tersebut.

Akan tetapi dia tak bisa memastikan, karena ia masih harus menunggu jadwal pemeriksaan langsung Irjen Ferdy Sambo.

“Sepanjang yang ada dalam CCTV, seperti yang kami sebutkan, ada Ibu, istrinya Irjen Ferdy Sambo, ada Brigadir J, ada Bharada E, dan asisten atau PRTnya,” ungkapnya.

“Kami memang mendapatkan informasi bahwa Pak Sambo tidak berada pada rombongan tersebut, tapi ini masih informasi satu pihak dan akan kami cek,” imbuhnya.

Selepas melakukan PCR, lalu rombongan pun terlihat sempat pergi meninggalkan lokasi.

Hanya saja, kemana mereka pergi tak jelas, karena tak ada rekaman yang menunjukkan bahwa rombongan itu tiba di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Komplek Polri Duren Tiga, Jalan Duren Tiga Utara I.

Anam menyatakan, masih ada rekaman CCTV yang diteliti oleh pihak laboratorium forensik digital Polri.

“Itu masih diteliti labfor, karena masih ada satu proses, baik di siber dan labfor, yang belum selesai. Kalau itu dipaksakan misalnya tadi diperiksa, secara prosedur hukumnya juga akan lemah. Makanya kami beri kesempatan mereka selesaikan dulu,” kata Anam.

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo sebelumnya sempat menegaskan bahwa CCTV di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, yang disebut sebagai lokasi tembak menembak antara Brigadir J dan Bharada E rusak.

Yang dikantongi penyidik polisi, kata dia, hanya rekaman CCTV perjalanan rombongan dari Magelang ke Jakarta dan di sekitar wilayah TKP.

“CCTV yang rusak, seperti apa yang disampaikan Kapolres Jaksel, ini CCTV yang ada di TKP. Tapi CCTV yang di sepanjang jalur ini, sepanjang TKP, ini yang diketemukan oleh penyidik,” kata Dedi dilansir dari Antara, Senin (1/8)

Dalam rekaman CCTV rombongan istri Irjen Ferdy Sambo disebut tiba di rumah Jalan Saguling III pada Jumat, 8 Juli 2022, sekitar pukul 15.00-16.00 WIB.

Seorang perwira polisi menyatakan bahwa, Brigadir J memang terlihat masih sehat seperti biasa saat itu.

“Yosua terlihat tiga kali memasukkan barang dari Magelang. Setelah itu semua rombongan wajib PCR,” ujar seorang perwira Polisi.

Ferdy Sambo juga disebut tiba lebih dulu dari rombongan itu. Dia tak ikut dalam rombongan yang menggunakan dua mobil dari Magelang karena, Irjen Ferdy Sambo pulang ke Jakarta menggunakan pesawat terbang.

“Dari rekaman CCTV terlihat Pak Sambo memakai kaus cokelat dan celana PDL. Kemudian diikuti petugas swab yang berkerudung,” ungkap dia.

Setelah itu, justru tak ada lagi rekaman yang memperlihatkan sosok Ferdy Sambo, dan tak jelas kemana dia pergi.

Polisi menyatakan bahwa, peristiwa penembakan Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo terjadi sekira pukul 17.00 WIB hari Jumat, hari yang sama dengan kedatangan mereka dari Magelang.

Polisi juga dikabarkan menyita CCTV dari kantor advokat Denny AK Andrian di Jalan Taman Makam Pahlawan Kalibata Nomor 8, Jakarta Selatan.

Menurut keterangan Davit Airlanto, salah satu pengacara di kantor itu, polisi mendatangi kantornya pada Kamis, 21 Juli 2022.

Saat meminta rekaman CCTV, dua anggota polisi dari Kepolisian Daerah Metro Jaya membawa surat perintah penyitaan.

Namun, dua pekan sebelumnya, pihak kantor advokat Denny AK Andrian telah membuat salinan rekaman CCTV tersebut.

Menurut Davit, polisi mengambil rekaman dari kamera pengawas di pintu pagar depan yang menghadap jalan TMP Kalibata. Rekaman yang diambil tercatat tanggal 8 Juli 2022.

Dalam rekaman yang dilihat, saat itu terlihat melintas satu mobil Pajero diikuti ambulas dengan lampu sirine menyala disusul dua mobil pengawalan Provos Polri melintas pada pukul 19.28 WIB.

Namun, waktu di CCTV tersebut lambat 25 menit dari yang seharusnya. Artinya, rombongan ambulans dalam waktu real rombongan melintas di Jalan TMP Kalibata pukul 19.53 menuju ke arah Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

“Polisi yang datang ke kami ingin memastikan ambulans itu yang mengangkut jenazah Brigadir Yosua untuk dibawa ke Rumah Sakit Polri,” ujar Davit.

Anggota tim kuasa hukum Brigadir J, Mansur Febrian Pengacara keluarga Brigadir J mengaku bahwa, pihaknya belum berkomunikasi dengan pihak mana pun, termasuk Polri terkait CCTV yang telah ditemukan.

“Untuk CCTV kita hanya mendengar dari kawan-kawan media. Jadi, belum melihat secara langsung ini CCTV yang mana, diperolehnya kapan, kemudian akurasinya bagaimana, kita belum melihat hal tersebut karena kami menghargai tim khusus ini sedang melakukan penyelidikan terkait yang awalnya CCTV dinyatakan terkena petir, terus hilang, kemudian sekarang ditemukan,” kata Mansur, dilansir dari Antara, Senin (1/8).

Hingga kini tim kuasa hukum keluarga belum mengetahui jelas perihal CCCTV yang dimaksud, karena pihaknya belum bisa berkomunikasi secara rinci.

“Jadi, kita juga tidak tahu CCTV yang mana yang ditemukan, yang sudah diidentifikasi yang mana, kami belum ada komunikasi secara rinci dengan pihak Polri maupun pihak yang lain,” kata dia.

Kendati demikian, dijelaskan bahwa, pemeriksaan CCTV itu setidaknya telah menganulir dugaan pihak pengacara Nopryansah Yosua Hutabarat bahwa dia sempat disiksa dalam perjalanan dari Magelang hingga Jakarta.

Hanya saja, tudingan bahwa, dia melakukan pelecehan seksual terhadap istri Irjen Ferdy Sambo hingga penembakan oleh Bharada E, seperti cerita polisi, hingga kini masih belum menemui fakta yang jelas.

Komnas HAM menyatakan, masih akan menelusuri fakta-fakta dengan memeriksa sejumlah pihak lainnya. Mereka menyatakan pemeriksaan digital forensik belum selesai.

Komnas HAM juga masih belum memeriksa Irjen Ferdy Sambo dan istrinya plus satu ajudan yang sebelumnya absen dalam pemeriksaan pekan kemarin.

Baca: Komnas HAM Pastikan Brigadir J Tidak Tewas dalam Perjalanan Magelang- Jakarta

Selain itu, Komnas HAM juga belum memeriksa uji balistik peluru peristiwa penembakan itu.

Hasil ekhumasi atau autopsi ulang jenazah Brigadir J juga masih harus menunggu cukup lama yakni, 4-8 minggu.

Ketua Tim Autopsi Ulang Jenazah Brigadir J di Rumah Sakit Umum Daerah Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Ade Firmansyah mengatakan, hasil autopsi akhir baru dapat diketahui dalam 4-8 pekan ke depan.

“Kami tidak ingin tergesa-gesa dalam pemeriksaannya, jadi diperkirakan hasil autopsi akhir dapat diketahui antara 4 pekan dan 8 pekan dari sekarang,” kata Ade. (irv)