Kemenkes Siapkan Robotic Telesurgery untuk Layanan Kesehatan Daerah Terpencil

17
robotic telesurgery
Robotic Telesurgery. (Sumber: Liputan6)

Jakarta, SirOnline.id – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini sedang mempersiapkan operasi bedah robotik jarak jauh atau robotic telesurgery yang ditargetkan mulai beroperasi dua hingga tiga tahun mendatang. Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan Kemenkes Laksono Trisnantoro mengatakan, teknologi tersebut diharapkan dapat melengkapi upaya meratakan pelayanan kesehatan hingga daerah terpencil Indonesia.

“Ada berbagai cara untuk meratakan pelayanan kesehatan. Jadi penggunaan robotic telesurgery ini adalah salah satu cara yang Kementerian Kesehatan coba lakukan,” kata Laksono dikutip dari laman resmi Kemenkes, Sabtu (2/7).

Laksono menjelaskan, secara teknis, robotic telesurgery akan bekerja bersama dokter ahli bedah. Robot itu akan menjadi operator dan mengendalikan console. Dengan kata lain, lanjut Laksono, nantinya dokter bedah dapat melakukan operasi jarak jauh yang bisa dilakukan di lokasi rumah sakit yang berbeda, bahkan bisa berbeda pulau maupun negara.

“Bedah robotik jarak jauh dikendalikan secara remote, posisi dokter bedah sangat ergonomis dan tidak melelahkan. Gerakan instrumen robotik sangat fleksibel, terdapat tujuh arah derajat kebebasan gerak,” katanya

Adapun jenis operasi yang bisa dilakukan robot adalah bedah toraks (pembedahan jantung dan paru), bedah digestif (reseksi pankreas, liver, limpa). Kemudian bedah urologi (pembedahan pada ginjal, kandung kencing, prostat), dan ginekologi (mioma uteri, kista ovarium, endometriosis).

“Sebagai pilot project, ada dua unit robot bedah jarak jauh merek Sina. Unit ada di RS Hasan Sadikin Bandung dan RS Sardjito Yogyakarta,” kata dia.

Baca: Menkes: Prediksi Puncak Sebaran BA.4 dan BA.5 di DKI Sudah di Depan Mata

Dokter Spesialis Bedah Digestif RS Hasan Sadikin Bandung, Reno Budiman juga mengklaim robotic telesurgery memiliki akurasi yang lebih tinggi dari operasi bedah normal. Kendati demikian, ia menyebut untuk permulaan, pembedahan robotik jarak jauh ini sebaikya dilakukan pada operasi bedah untuk pasien stadium awal penyakit seperti tumor pada stadium awal.

“Jadi karena robotnya itu tidak bergerak sendiri tetap harus ada operator yang mengendalikannya dan itu harus seorang dokter spesialis bedah. Robot ini memiliki gerakan yang lebih akurat dan lebih presisi sehingga pembedahan dilakukan dengan luka sekecil mungkin,” ujar Reno. (un)