Menggaungkan Suara Perempuan Melalui Tulisan

37
Perempuan
Suasana obrolan 'Perempuan Menerjemahkan Perempuan' di Pos Bloc, Jakarta. (Sumber: Instagram/meiliana.kan)

Jakarta, SirOnline.id – Bias gender kerap membuat perempuan menempati posisi kedua dalam kehidupan manusia. Tidak terbukanya kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki, membuat sebagian besar perempuan harus bersusah payah membuktikan bahwa dirinya mampu berdiri di atas kakinya sendiri.

Perempuan yang berdaya bisa membawa ‘angin segar’ bagi kemajuan peradaban sebuah bangsa. Hal ini diyakini oleh dua penerjemah Indonesia, Asri Pratiwi Wulandari dari Penerbit Mai dan Windy Ariestanty dari Kelompok Renjana Literasi Indonesia.

Mereka mengakui bahwa ketidaksetaraan sangat nyata, dan terjadi di banyak negara. Ketimpangan itulah yang membuat Asri dan Windy memutuskan untuk menerjemahkan kisah dari Jepang dan Latvia, agar bisa menunjukkan potret perempuan saat berupaya menghadapi tantangan yang terjadi di negara itu.

Melalui novel ‘Gincu Sang Mumi’ karya Tamura Toshiko yang diterbitkan oleh Penerbit Mai, Asri memperlihatkan Toshiko sebagai salah satu penulis perempuan yang berusaha mengkiritisi posisi perempuan di dunia seni. Dalam buku tersebut, Toshiko-yang karyanya dialibahasakan oleh Asri- bercerita tentang seorang perempuan Jepang pada awal abad 20 yang tidak dapat menampilkan posisinya sebagai penulis tanpa figur laki-laki yang kuat di belakangnya. Perempuan tersebut berjuang untuk bertahan dalam dunia Sastra Jepang yang kala itu, penilaian sebuah karya hanya dilihat dari perspektif laki-laki.

Hal serupa namun dengan cerita berbeda juga terangkum dalam novel ‘Air Susu Ibu’ karya Nora Ikstena yang diterjemahkan oleh Windy Ariestanty, diterbitkan oleh Penerbit Spring. Karya itu berkisah tentang ketidakmerdekaan yang dirasakan anak-anak dan perempuan Latvia saat menjalani masa pendudukan Soviet. Berlatar abad 20, perempuan-perempuan tidak memiliki banyak pilihan, hingga sebotol susu yang seharusnya menutrisi menjadi simbol ketidakbebasan.

Baca: Sepakati RUU KIA, Puan Dorong Cuti Hamil Jadi 6 Bulan

Kedua novel tersebut diperbincangkan dalam sebuah obrolan bertajuk ‘Perempuan Menerjemahkan Perempuan’ yang diselenggarakan oleh Patjarmerah, sebuah gerakan literasi yang bersemangat menularkan minat baca dan berupaya meratakan akses baca. Mengutip @patjarmerah_id, Tamura Toshiko dan Nora Ikstena disebut sebagai dua penulis yang menggaungkan suara perempuan melalui tulisannya yang sangat layak baca. (un)