Menikmati Keindahan Laut di Taman Nasional Taka Bonerate

104

Selayar – Taman Nasional Taka Bonerate telah dikenal sejak dahulu kala. Kawasan ini bahkan ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh Belanda pada era kolonial. Dari peninggalan peta tahun 1901 kawasan ini telah dikenal oleh bangsa Belanda, tetapi bukan sebagai Taka Bonerate. Melainkan Tijger Eilanden, atau Kepulauan Macan. Tidak ada yang tahu pasti kenapa disebut Kepulauan Macan. Setelah dinobatkan menjadi kawasan konservasi, barulah Belanda mengubahnya menjadi Taka Bonerate, yang diambil dari bahasa lokal setempat. Taka artinya karang, Bone artinya pasir, dan rate artinya atas. Jadi kalau diartikan secara harfiah yakni Hamparan Karang di Atas Pasir. Hingga saat ini status kawasan konservasi berangsur meningkat. Dari kawasan konservasi menjadi cagar alam laut.

Ditunjuknya Taka Bonerate sebagai cagar alam laut karena memiliki hamparan karang berbentuk cincin (atol) dan terdapat habitat khusus serta ekosistem terumbu karang (lamun). Semua kekayaan itu diperuntukkan sejak dahulu untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Pada tahun 1992, Taka Bonerate ditunjuk menjadi Taman Nasional (TN). Pada 2001 menjadi Kawasan Pelestarian Alam Perairan Taman Nasional Taka Bonerate, dengan luas kawasan 530.765 hektar yang dikelola dengan sistem zonasi. Lembaga internasional UNESCO mulai melirik TN Taka Bonerate pada 2015. Saat itu TN Taka Bonerate dinobatkan sebagai core zone dari cagar biosfer yang meliputi luasan satu kabupaten Kepulauan Selayar dengan nama Cagar Biosfer Taka Bonerate, Kepulauan Selayar. Hingga kini TN Taka Bonerate mencakup 18 pulau kecil, lima bungin, dan 30 taka yang tersebar membentuk cincin/atol.

Terdapat tujuh buah pulau yang berpenghuni yakni Pulau Tarupa, Pulau Rajuni Kecil, Pulau Rajuni Besar, Pulau Latondu Besar, Pulau Jinato, Pulau Pasitallu Tengah, dan Pulau Pasitallu Timur yang didiami oleh mayoritas suku Bugis dan Bajo.

“Suku Bajo di Taka Bonerate itu beda dengan di Sulawesi Selatan yang lain. Tinggalnya di pulau pasir yang sewaktu-waktu bisa pasang,” ungkap Basri selaku pemandu wisata. Ia menuturkan, menurut informasi masyarakat lokal, dari zaman Belanda kawasan Taka Bonerate sering dikunjungi oleh nelayan dari berbagai daerah karena potensi perikanannya. Begitu pun sebaliknya. Para nelayan Taka Bonerate melanglang buana ke daerah lain untuk menjual hasil lautnya. Jadi sudah sejak dulu sektor perikanan di Taka Bonerate berkembang dengan baik.

Dengan potensi terumbu karang yang luas menjadikan Taka Bonerate sebagai surganya para penyelam. Di tahun 2015 ada 16 titik penyelaman favorit di TN Taka Bonerate bagi wisatawan. Saat ini, menurut Basri telah bertambah hingga 19 titik penyelaman, yang memiliki karakter berbeda-beda. Sedangkan titik selam yang paling favorit masih di sekitar Pulau Tinabo, selain karena mudah dijangkau, juga bisa diselami oleh diver pemula. Beberapa titik selamnya antara lain Ibel Orange, Acropora Point, Kaldera, Sumur Ikan, Wall Reef, dan Corina Corner.

“Sebenarnya potensi yang terdata sekitar 29-an titik, tapi yang ramai baru 19, untuk menjaga ekosistem sekaligus memang masih diteliti lebih lanjut,” tutur Basri.

Tujuh pulau besar di TN Taka Bonerate merupakan pulau berpenduduk secara turun temurun. Penghuninya merupakan Suku Bajo, Suku Bugis, dan Suku Selayar (Buton dan Flores). Kemajemukan inilah yang menarik untuk dinikmati menjadi wisata budaya. Peradaban masyarakat ini menjadi daya tarik sendiri, masing-masing memiliki kekhasan budaya yang dilingkupi oleh budaya kemaritiman serta nuansa islami yang sangat kental. Beberapa tradisi yang kerap mengundang decak kagum wisatawan ialah prosesi pernikahan Suku Bajo, mandi syafar, dan jejak-jejak peninggalan budaya lainnya.

Dengan biodiversitas yang tinggi, TN Taka Bonerate bisa menjadi sasaran lokasi pendidikan dan penelitian khususnya bidang kelautan perikanan. Anda dapat melakukan pengamatan ekosistem, biota, dan bentang alam yang khas. Seiain itu peneliti dan wisatawan juga bisa ikut membantu melakukan transplantasi karang, penanaman pohon, dan wisata edukasi lainnya. Bagi anda yang tidak bisa berenang atau menyelam, jangan khawatir, karena masih banyak wisata bahari lainnya yang bisa dinikmati di sini. Antara lain menikmati sunrise dan sunset, bermain sampan (canoeing), observasi burung (bird watching), jika beruntung dapat menonton lumba-lumba.

“Harapannya ke depan sektor pariwisatanya bisa berkembang dengan baik juga, supaya Taka Bonerate bisa lebih dikenal lagi bahkan hingga ke mancanegara,” pungkas Basri. (MAA)