Identitas Minang dalam Karya Aqillah Ria Anjelina

34
Ria Anjelina bersama Indah Warsetio, Diah Kusumawardhani dan Dave Tjoa dalam gelaran press conference Fashion Talk & Presentation ‘Minang Langit Biru’ yang digelar di Jakarta Fashion Hub, Teluk Betung, Jakarta Pusat, Kamis (11/5/2023

Jakarta, SirOnline.id –Indonesia berpeluang besar menjadi kiblat fesyen muslim di dunia. Selain didukung dengan kekuatan pasar sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, Indonesia juga sudah punya berbagai jenis industri fesyen yang berdaya saing global.

Modest fashion sesungguhnya merupakan tren busana bergaya santun dengan siluet longgar yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh serta mengekspos terlalu banyak kulit pemakainya. Bisa dibilang, busana muslim merupakan bagian kecil dari modest fashion yang dilengkapi dengan hijab sebagai penunjangnya.

Tren busana tertutup nan santun tersebut mulai menyebar pada awal 90-an dan semakin menjamur setelah era 2000-an. Maraknya pasar modest fashion mulai terlihat saat terjadi krisis ekonomi di Eropa. Akibat krisis, penjualan busana konvesional mulai menurun, tetapi justru menjadi momen maraknya busanan modest.   Momen tersebut kemudian dimanfaatkan para desainer fesyen untuk memproduksi dan mempromosikan busana muslim.

Salah satu fashion desainer modest fashion dengan karya yang elegan, unik dan istimewa adalah Ria Anjelina. Wanita asal Bukitinggi ini, telah menekuni dunia fashion lebih dari 2 dekade. “Aku sudah berkarya lebih dari 23 tahun. Awalnya aku adalah pedagang yang sudah bergelut di dunia tekstil,” ujar wanita yang akrab disapa Uni Ria ini.

Melalui brand Aqillah Ria Anjelina yang baru hadir dalam 2 tahun terakhir ini, Uni Ria menghadirkan modest fashion yang mengusung budaya Minang dalam setiap koleksi desain yang dibuatnya. “Aqilla berasal dari Bahasa Arab, yang artinya perempuan bijaksana. Karena itu, produk yang kami buat dengan detail untuk merepsentasikan kekuatan wanita melalui fashion,” ungkap Uni Ria yang ditemui dalam gelaran press conference Fashion Talk & Presentation ‘Minang Langit Biru’ yang digelar di Jakarta Fashion Hub, Teluk Betung, Jakarta Pusat, Kamis (11/5/2023).

Tema Minang Langit Biru jadi pilihan Ria Anjelina dalam memperkenalkan brand fashionnya ke khalayak umum. Apa pasalnya? “Kami ingin menggambarkan produk kami, dalam konteks budaya Minang hari ini. Kalau bahasa simpelnya, Minang kontempor. Minang juga terkenal sebagai suku perantau. Produk kami menjelaskan tentang kekuatan Minang, determinasi Minang, keunggulan Minang. Meski dikenal sebagai suku pejuang, kami juga menyadari bahwa kolaborasi tetap dibutuhkan untuk kemajuan bersama,” tuturnya.

Aqillah Ria Anjelina hadir dengan tagline, yaitu Every Touch is Special. “Karena produk yang kami buat unik, dengan motif yang kuat menonjolkan budaya Minang. Bahan yang kami gunakan, selalu terpilih, berkualitas dan nyaman dipakai penggunanya,” tuturnya.  “Jadi lewat Aqillah Ria Anjelina, aku menawarkan bukan lebih menarik dan lebih bagus, tapi lebih kepada ajakan kepada wanita Indonesia agar lebih percaya diri menggunakan brand lokal,” ucapnya tersenyum.

Ragam produk Aqillah Ria Anjelina, mulai dari scarf, atasan tunik, kemeja, bawahan, dress, gamis, outer, set outfit, hingga mukena.

Dengan brand Aqillah Ria Anjelina, Uni Ria ingin menunjukan bahwa wanita Indonesia itu independen dan mandiri. “Sebagai orang daerah, aku ingin bahwa karya yang kubuat tidak hanya dikenal secara nasional tapi juga internasional,” kisahnya.

Saat ini segmentasi pasar Aqillah Ria Anjelina, dari usia 27-50 tahun. Namun, ke depannya Uni Ria ingin agar produknya buatannya lebih menyasar pasar dengan usia yang lebih muda.

Aqillah Ria Anjelina dihadirkan secara spesial untuk menciptakan rasa nyaman dan istimewa kepada setiap pelanggan yang mengenakannya.

Aqillah Ria Anjelina terus berinovasi dan bersedia mendengar permintaan pelanggan, yang merupakan bentuk komitmen dan keseriusan atas tujuannya menjadi merek yang lebih besar.

Brand Aqillah Ria Anjelina, tidak hanya laku di pasar Indonesia saja, tapi telah menembus pasar Asia. Mulai dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong hingga Taiwan.

Setelah berhasil menaklukan pasar Asia, tahun 2023 menjadi momentum tersendiri bagi Uni Ria untuk mulai melalukan ekspansi pasar ke Amerika serikat. Langkah awal dimulai dengan gelaran fashion show di New York. “Aku ikut fashion show di New York, karena ingin agar brand lokal bisa dikenal di nasional bahkan internasional, dengan mengangkat budaya Minang. Karena kita didukung oleh pemda Sumbar. Jadi berharap desainer lokal bisa punya karya di nasional hingga internasional,” ucapnya.

Amerika Serikat menjadi kiblat mode dunia. Hal inilah yang mendasari Uni Ria memulai memperkenalkan karya di pasar internasional melalui Negeri Paman Sam. “Jadi dengan adanya desainer Minang go nasional dan go internasional, mana tau ke depannya akan hadir desainer-desainer lokal yang mendunia karyanya,” katanya.

Untuk gelaran fashion show di New York ini, Uni Ria membawa 10 koleksi terbaiknya. Dikisahkan Uni Ria,  untuk membuat 1 model membutuhkan waktu hingga 6 bulan. Pasalnya? Untuk membuat lembar kain songket saja membutuhkan waktu 3 bulan. “Jadi setelah kain songket jadi, lalu diolah membuat gaun sesuai yang diingin. Karena saya mau membuat gaun songket yang beda dengan songket pada umumnya. Jadi dari 10 look yang dibawa ke New York ini di dominan warna merah dan hitam. Hitam, gold dan merah merupakan warna khas orang Minang,” cerita Uni Ria tersenyum.

10 desain yang dibuat Uni Ria untuk dibawa ke New York merupakan kategori haute couture. Artinya proses pengerjaan yang membutuhkan waktu dengan tingkat kesulitan tinggi, namun berhasil menampilkan gaun yang istimewa dengan identitas khas Minang yang sangat menonjol.

Diakui Uni Ria, karena pengerjaan motif songket yang khusus, ia harus terus membangun komunikasi yang intens dengan para pengrajin.  “Tantangan yang aku rasakan, untuk membuat satu desain itu membutuhkan  kesabaran. Apalagi kita kekurangan tenaga kerja untuk membuat kain songket. Jadi kalau banyak produksi, kita kesulitan di SDM-nya,” terangnya.

Ada 50 pengrajin yang membantu Uni Ria menghasilkan karya cemerlang melalui Aqillah Ria Anjelina. “Hanya di workshop ada 30 orang pengrajin songket. Jadi lokasi pengrajin di Pandai Sikek, Bukitinggi. Pengrajin campuran wanita dan laki-laki,” tukasnya.

Melihat 10 desain dress yang dibuat Uni Ria, kita akan berdecak kagum, karena paduan model yang elegan dipadu dengan kain songket yang unik. “Inspirasi untuk membuat 10 look untuk fashion show di New York ini, saya dapatkan dari desain-desain di luar negeri, yang kemudian aku modifikasi, dipadupadankan dengan songket khas Minang. Ini menghasilkan desain yang bergaya kontemporer,” ucapnya.

Bagi Uni Ria, keberhasilan dalam dunia fashion, tidak semata-mata, karena kecakapannya melihat pasar dan mampu menebak tren terbaru. Baginya pencapaian hari ini, untuk mengajak semakin banyak wanita Indonesia berani menghargai diri sendiri dan berdampak pada lingkungan sekitarnya.

Mengakhiri sesi wawancara siang itu, Uni Ria berharap bahwa dengan karya yang ditelurkannya, ia bisa menjadi inspirasi bagi semua kaum wanita, bahwa apa pun kondisi, wanita harus bisa berkarya. “Aku merintis semua usaha ini dari nol, sampai bisa menjadi sebesar sekarang ini. Usaha itu harus ada niat, semangat dan daya jual, tidak sekadar modal semata. Karena yang kita buat harus beda dengan yang lain,” pungkas wanita murah senyum ini.

Kiprah Uni Ria di New York tidak terlepas dari peran seorang Indah Warsetio. Indah merupakan fashion mentor sekaligus kurator yang mewakili sendiri Versi Media dan fashionrack.id sebagai Lembaga konsultas fashion. “kita telah mengkurasi Aqillah Ria Anjelina hingga lolos untuk fashion show First Stage di New York,” jelasnya.

Dukungan pun didapat oleh Diah Kusumawardhani, Founder Belantara Budaya Indonesia dan Dave selaku Pemerhati Budaya.

Dikatakan Diah, dalam gelaran fashion show yang menampilkan karya masterpiece Uni Ria, ada hal berbeda. “Jadi sebelum fashion show karya Uni Ria, kita akan tampil menari Padang. Jadi fashion show ini akan beda dengan fashion show pada umumnya. Jadi nari dulu baru mulai fashion show. Jadi menggabungkan fashion show dan tarian tradisional,” tutur Diah.

Menurut Diah, songket merupakan karya mahal, karena maha karya dan dibuat dengan tangan.

Sementara Dave, melalui ajang ini, menjadi momen penting untuk membagikan tentang keindahan budaya Indonesia. “Kita akan share tentang batik, tenun, songket. Karena kami berharap agar semakin banyak generasi muda yang mencintai wastra Indonesia, mulai batik, tenun hingga songket,” tutupnya. (des)