Gedung Internatio Surabaya, Saksi Bisu Tewasnya Brigadir Inggris Aubertin Mallaby

17
Gedung Internatio Surabaya
(Sumber: Kemendikbud)

Jakarta, SirOnline.id – Hari ini, Kamis, (10/11) Indonesia memperingatkan hari Pahlawan yang tidak pernah lepas dari Gedung Internatio Surabaya menjadi salah satu saksi bisu rentetan pertempuran 10 November 1945.

Gedung yang memiliki nama Internationale Crediten Handelvereeniging itu berada di di sudut jalan Garuda, yang dulunya berjuluk Heerenstraat, Surabaya. Tepatnya, di dekat Jembatan Merah Plaza.

Sejak tanggal 28 Oktober 1945 sampai 30 Oktober 1945, di sekitar Gedung Internatio terjadi pertempuran sengit. Bahkan, pertempuran ini berlangsung hingga 3 hari.

Namun, pertempuran itu selesai dengan gencatan senjata dan diikuti perundingan.

“Itu (Internatio) kan tempat pertemuan dan perundingan antara perwakilan Indonesia dan sekutu, tapi saat itu mereka tidak keluar-keluar,” kata Ketua Begandring Soerabaia, Nanang Purwono kepada Detik, Kamis (10/11)

Dalam perundingan itu, ada 8 mobil beriringan yang ditunggangi oleh Residen Soedirman, HR Mohammad dan Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby atau dikenal dengan Brigadir Jenderal Mallaby. Gedung yang sempat diduduki Mayor V Gopal kala itu dikepung pejuang arek-arek Suroboyo.

Tak hanya menjadi saksi biru perundingan penting, salah satu peristiwa bersejarah di sekitar gedung itu adalah tewasnya A.W.S Mallaby pada 30 Oktober 1945.

“Pemuda dan para pejuang khawatir terjadi sesuatu dengan perwakilan RI di sana, lalu pecah lah tembak-menembak yang akhirnya Mallaby gugur saat menunggu di mobilnya,” katanya

Sontak, tewasnya Mallaby ini memicu perang 10 November 1945. Saat itu, di sekitar Jembatan Merah, ada sejumlah warga yang mencegah sekutu agar tak lewat dengan memblokade Jembatan Merah. Aneka jenis perabotan dikeluarkan agar pasukan sekutu tak bisa menembus pertahanan warga.

Namun, upaya itu sia-sia lantaran digempur habis-habisan oleh Inggris. Mengingat, mereka tak hanya menerjunkan pasukan infantri, tapi juga mengeluarkan tembakan kapal dari laut dan pesawat tempur

Sementara inisitator Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo menjelaskan detail kacaunya suasana Gedung Internatio saat itu.

“Posisinya waktu itu di dalam gedung ada orang-orang India. Nah, kita menganggap India ini sama saja seperti Inggris, maka mereka segera diminta keluar,”

Namun, orang-orang India yang ada di dalam Gedung Internatio itu tak segera keluar.

“Mereka yang di dalam gedung itu sebetulnya juga serbasalah. Di dalam terus didesak, keluar pun nggak menjamin keselamatan. Soalnya waktu itu di luar gedung memang luar biasa lautan manusianya,” tutur Kuncar.

Mallaby kemudian datang ke sekitar Gedung Internatio bersama rombongan. Namun, dia memilih untuk tetap di dalam mobil.

“Ada beban mental juga bagi Mallaby, karena waktu itu sudah gelap. Melihat manusia segitu banyaknya, Mallaby keder juga, dia milih tinggal di dalam mobil,” sebut Kuncar.

Baca: Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada Lima Tokoh, Siapa Saja?

Di tengah suasana yang gelap gulita, tetiba terdengar suara pistol menyalak. Ternyata Mallaby tertembak. Seorang pengawalnya kemudian melemparkan granat. Tapi, granat itu justru meledak di dekat mobil Mallaby.

“Itu direkonstruksi ulang oleh Inggris beberapa tahun kemudian. Mallaby meninggal karena granat prajuritnya sendiri, Mallaby sebetulnya masih bernapas setelah ditembak,” terang Kuncar. (rr)