Nilai Tukar Rupiah Melemah, Waspada Inflasi Meroket

10
Kurs uang
Ilustrasi. rupiah dan dolar Amerika Serikat. (Sumber: Bisnis)

Jakarta, SirOnline.id – Tren melemahnya nilai tukar rupiah dinilai akan terus berlanjut jika langkah antisipasi tidak segera diambil. Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati merespons nilai dorlar Amerika Serikat (AS) yang kini menembus hingga Rp15.000. Menrutnya, aspek yang betul-betul harus diperhatikan adalah komoditas energi pangan yang berasal dari negara lain.

“Pada dasarnya kita harus antisipasi ada dampak ke barang yang kita impor,” kata Ninasapti, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (7/7).

Ia menyebut, sektor energi menjadi komoditas yang terkena dampak pelemahan nilai tukar, baik dalam hal Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG. “Namun sejauh ini pemerintah menahan kenaikan harga lewat tambahan subsidi yang mencapai Rp 520 triliun pada 2022,” ujarnya.

Sementara pada komoditas pangan, lanjut Ninasapti, seperti gula, garam dan kedelai serta gandum juga akan alami kenaikan harga. Menurutnya, ini akan makin memberatkan mengingat hal-hal tersebut merupakan komoditas yang dikonsumsi sehari-hari.

Ninasapti mengatakan, jika anjloknya nilai tukar rupiah tidak diantisipasi, hal ini akan mendorong kenaikan inflasi yang saat ini sudah melambung. Tercatat, inflasi pada Juni 2022 mencapai 0,61% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Baca: Nilai Tukar Dollar Hari ini, Rupiah Makin Keok Nyaris di Angka Rp 15 Ribu

Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%. Angka ini terhitung lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017. Disamping itu, inflasi inti mencapai 2,63% dan harga yang diatur pemerintah 5,33% serta yang bergejolak 10,3%.

“Inflasi dari tekanan impor itu dikhawatirkan karena menekan daya beli masyarakat,” pungkas dia. (un)