Hipertensi Penyebab Utama Gagal Ginjal

77

 

Data Indonesian Renal Registry 2017 (IRR) menunjukkan bahwa hipertensi adalah penyebab utama gagal ginjal sehingga pasien menjalani cuci darah (dialisis). Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko penyakit ginjal kronis (PGK). Di sisi lain, PGK dapat memperburuk hipertensi yang tidak terkontrol karena ekspansi volume dan peningkatan resistensi perifer pembuluh darah. Dengan demikian, terkait PGK, hipertensi dapat sebagai penyebab PGK, tetapi bisa juga hipertensi sebagai akibat dari PGK.

”Hipertensi terkait erat dengan penyakit gagal ginjal. Kedua penyakit ini terkait dalam dua cara. Pertama, tekanan darah tinggi penyebab utama PGK. Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah ke seluruh tubuh, termasuk pembuluh darah ginjal menjadi menebal dan kaku (atherosclerosis). Kondisi ini menyebabkan suplai darah ke organ penting berkurang. Tekanan darah tinggi juga merusak unit penyaringan kecil di ginjal (nephron) yang berakibat menumpuknya racun di dalam darah. Cairan berlebih dalam pembuluh darah akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi lagi,” ujar dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, FINASIM, kepada media di Jakarta, Kamis (17/10/2019).

Kedua, tekanan darah tinggi juga bisa menjadi komplikasi PGK. Ginjal yang sehat menjaga tekanan darah jangka panjang melalui mekanisme hemodinamik (mengatur jumlah cairan dan garam) dan mekanisme hormonal (sistem renin-angiotensin). Ginjal yang tidak sehat akan berkurang fungsinya dalam membantu mengatur tekanan darah. Akibatnya, tekanan darah meningkat. Pada penderita PGK, tekanan darah tinggi akan berisiko memperburuk penyakit ginjal dan juga dapat memicu penyakit jantung.

Ukuran fungsi ginjal adalah seberapa mampu (kapasitas) ginjal membersihkan suatu zat tertentu (misalnya kreatinin) dalam satu menit. Satuannya dalam milliliter/menit (ml/min). Penurunan fungsi ginjal memiliki tingkatan berdasarkan kapasitas yang disebut Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) = Glomerular Filtration Rate (GFR) dalam milliliter/menit.

GFR merupakan indikator fungsi ginjal. Orang dengan ginjal normal, angka GFR ≥ 90 ml/min. Untuk ginjal dengan kerusakan ringan (mild) GFR ≥ 60 – 89 ml/min, kerusakan ginjal sedang (moderate) GFR≥ 30-59 ml/min, kerusakan ginjal berat (severe) GFR ≥15-29 ml/min dan gagal ginjal (failure) GFR <15 ml/min. Data IRR 2017 menunjukkan pasien usia produktif (25-55 tahun) yang aktif menjalani cuci darah 54,9% atau sebanyak 77.892 orang.

Agar tidak masuk ke kondisi PGK, penderita hipertensi bisa menjaga kesehatan ginjalnya dengan tetap fit dan aktif; menjaga gula darah, lemak, dan kadar darah tetap normal; memonitor tekanan darah tetap normal; konsumsi makanan sehat dan jaga berat badan ideal; berhenti merokok; jangan minum obat-obatan antirasa sakit dan obat diet secara sembarangan. “Sayangnya, masih banyak mitos yang beredar bahwa obat hipertensi akan memperburuk kondisi ginjal. Faktanya, obat justru akan mengendalikan tekanan darah dalam kondisi normal sehingga menjaga kesehatan ginjal,” ujarnya.

Paling penting, sebelum telanjur menderita penyakit ginjal, dr. Tunggul menekankan pentingnya mengendalikan hipertensi dengan perilaku CERDIK yang dikampanyekan Kementerian Kesehatan, yakni Cek kesehatan secara berkala; Enyahkan asap rokok; Rajin beraktifitas fisik; Diet yang baik dan seimbang; Istirahat cukup; dan Kelola stres. (est)