Giwo Rubianto: Perjuangkan Perempuan Indonesia Cerdas dan Mandiri

326

sironline.id, Jakarta – Perempuan maju, bangsa maju. Baginya memajukan kaumnya adalah mimpi yang ingin diwujudkan. Kini Giwo Rubianto Wiyogo adalah Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, ia ingin  menjadikan wanita Indonesia yang cerdas, mandiri, dan berakhlak mulia.

 Tahun 2014, Giwo terpilih sebagai Ketua Umum Kowani. Saat itu, ia mengalahkan incumbent, Dewi Motik Pramono dengan 82% suara. Bagi wanita bernama lengkap Sri Woerjaningsih ini, dunia organisasi bukanlah dunia yang baru baginya. Banyak jabatan penting yang diembannya, mulai dari Ketua Komisi Perlindungan Anak, Ketua Umum Gerakan Wanita Sejahtera hingga Ketua Umum Aliansi Pita Putih Indonesia. “Sejak kecil sudah belajar berorganisasi,” kata wanita yang lahir di Bandung 8 Mei 1962.

Dalam rangka memajukan kaumnya, Giwo ingin melalui Kowani dapat mengangkat harkat dan martabat wanita Indonesia agar menjadi pribadi berkualitas dari sisi ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. “Wanita berakhlak  mulia, mempunyai daya saing, dan daya tanding,” ucap istri dari Rubianto Wiyogo ini.

 Program

Karena itu, berbagai program dilakukan. Salah satunya rutin menggelar Kowani Fair sejak tahun 1999. Dikatakan Giwo, saat ini wanita sebagai pelaku ekonomi di atas 60 persen. “Kita memberi motivasi, pendampingan, pengawalan agar mereka berani tampil untuk berdagang, pertemukan antara buyer dan seller,” imbuh Giwo yang siang itu tampil chic dengan dress motif kura-kura.

Hal lain yang dilakukannya bersama Kowani, belum lama ini melakukan pendampingan pada seorang anak yang disiram air keras oleh geng motor.

Giwo menyadari bahwa masih banyak wanita yang tertinggal dan termarginalkan. Karena itu, saat ini Giwo sedang memperjuangkan UU pekerja rumah tangga dan RUU penghapusan kekerasan seksual.

Dikatakan Giwo,  perempuan harus  dilihat dari 6 dimensi. Mulai dari dimensi sebagai individu, warga masyarakat, warga negara, istri, ibu dan wanita karir. “Kalau perempuan bisa 6 dimensi ini, maka menjadi wanita luar biasa, wanita ideal. Namun saat ini masih banyak perempuan yang harus kita bantu, terutama pemberdayaan dari sisi ekonom yang  masih tergantung suami, wanita yang belum mengeyam pendidikan tinggi hingga angka kematian ibu masih sangat tinggi 359/100 ribu. Padahal kita targetnya adalah 60/100 ribu di tahun 2030,” terangnya.

Dalam pandangan Giwo, wanita indonesia masa kini adalah sosok wanita yang maju, mandiri, cerdas dan selalu ingin belajar. “Karena belajar di mana pun juga bisa, bukan di bangku pendidikan saja,” tukasnya..

Ditambahkan Giwo, suatu bangsa maju, karena kaum perempuan maju. Mengapa? Karena perempuan yang menyiapkan generasi penerus. “Generasi penerus lahir dari mana. Lahir dari seorang ibu. Ibu menjadi embrio awal dari suatu masyarakat. Kita mempunyai tugas untuk mempersiapkan anak-anak kita. Ibu adalah pendidik yang utama dan terutama. Bagaimana ibu mendidik anggota keluarga, didik suami dan anak. Ada ungkapan,’ if you educate a  man, you educate a person, if you educate  a woman, you educate a nation’,” katanya.

Giwo juga menyinggung tentang kekerasan dalam rumah tangga yang hingga kini masih terus berlangsung. “Wanita belum ada keberanian. Perempuan itu masih ada kekuatiran, tidak percaya diri. Ada ketakutan kalau suami ditahan, bagaimana hidupnya.  Karena itu, UU Penghapusan Kekerasan Seksual lagi diperjuangkan, jika ini goal perempuan akan lebih maju,” ucapnya.

Mengakhiri pembicaraan, Giwo mengatakan memiliki mimpi untuk perempuan Indonesia. “Saya memiliki mimpi agar menjadikan perempuan Indonesia yang mandiri, maju, karir yang baik meski sebagi ibu rumah tangga.  Tidak ada kekerasan bagi perempuan, tidak ada perempuan yang mati karena melahirkan, dan tidak ada perempuan yang dilecehkan,” pungkasnya. (des)