Warganet diminta cegah penyebaran radikalisme di medsos

110
Analis politik LIPI Prof. Dr. Indria Samego, MA, Politisi PKB Abdul Kadir Karding, Staf Ahli KSP Roy Abimanyu, Kordinator Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI) Hafiz Marshal dalam diskusi yang digelar Social Media for Civic Education (SMCE) bersama FPMSI di Hotel Sentral Jakarta Pusat, Selasa (27/08/2019).

Sironline, Jakarta – Media sosial (medsos) kerapkali dimanfaatkan untuk menyebar konten radikalisme dan paham transnasional yang justru mengancam persatuan dan keutuhan (integrasi) bangsa. Oleh karenanya diperlukan komitmen dan berbagai upaya terus menerus khususnya dari kalangan Warganet agar menempatkan posisi strategis media sosial kembali berperan sebagai media transformasi berita yang mengandung literasi dan edukasi serta mencerahkan

Seperti diketahui peran medsos sangat penting terhadap proses radikalisme atau paham luar yang masuk ke Indonesia. Maklum, medsos sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari baik dari anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Anggota DPR RI dari F-PKB Abdul Karding Kadir mengatakan paham dan gagasan dari luar sampai di Indonesia karena juga peran media sosial. Menurutnya, orang yang cendrung radikal karena mendapatkan pemahaman yang berbeda terutama dalam agama dengan menisbatkan dirinya yang paling benar. “Rata-rata gerakan radikalisme seperti membuat bom atau teror mereka dapatkan dari media sosial tanpa bertatap muka dengan ahlinya. Sekarang orang yang radikal bisa membuat bom atau teror melalui media sosial tanpa harus tatap muka dan medsos juga menjadi bisa malapetaka bagi bangsa,” jelasnya.

Analisis Polikitik LIPI, Indria Samego mengatakan dengan gadget yang dimiliki, masyarakat bisa menjadi aktor informasi yang kebanyakan informasinya cendrung ke berita yang negatif. Menurutnya, adanya revolusi teknologi informasi pasca reformasi negara Indonesia termasuk negara yang sangat bebas dari negara tetangga. Hal itulah yang terkadang kebebasan tersebut salah digunakan terutama dalam media sosial. “Adanya revolusi teknologi pasca orde baru Indonesia termasuk negara yang sangat bebas dari negara tetangga,” tuturnya.

Sementara itu, Pendiri Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI) Hafyz Marshal mengatakan demi memaknai kemerdekaan dalam melawan berbagai konten negatif hoax dan radikalisme serta bersama mewujudkan rasa persatuan nasional melalui upaya rekonsilasi nasional kami berupaya ikut membangun budaya literasi dikalangan warganet dalam rangka menumbuhkan optimisme dengan cara menebarkan konten-konten narasi positif menuju kemajuan bangsa.

Acara diskusi yang dihadiri kalangan warganet dan aktivis pers kampus serta kalangan jurnalis ini juga mendeklarasikan pernyataan sikap kalangan Pegiat Media Sosial sebagai berikut: Pertama, Kami siap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila Dan Undang–Undang Dasar 1945 serta merawat Kebhinekaan Bangsa Indonesia Demi Persatuan Indonesia. Kedua, Kami Siap Melawan Berita Hoax, Ujaran Kebencian Atas Dasar SARA Maupun Penyebaran Radikalisme di Media Sosial Dengan Memproduksi Konten-Konten Positip Yang Menumbuhkan Optimisme Dan Semangat Rekonsiliasi Nasional Untuk Kemajuan Bangsa. Ketiga, Kami Siap Bergotong Royong Menjaga Kondusifitas Diruang Media Publik Serta Mendukung Suksesnya Pembangunan Dan Kepemimpinan Nasional Lima Tahun Kedepan Menuju Indonesia Maju Yang Adil Dan Makmur. (D. Ramdani)