Amy Atmanto : Tidak Ada Kebaikan yang Merugikan

191

sironline.id, Jakarta– Namanya dikenal sebagai salah satu perancang papan atas Indonesia. Potongan klasik-modern, charming, dan elegan adalah ciri karya Amy Atmanto. Dibalik keanggunan karyanya, Amy, panggilan akrabnya dikenal sebagai pribadi yang penuh welas asih. Motto hidupnya adalah happiness to share more. Karena itu, dalam hidupnya, kepedulian kepada sesama merupakan hal yang terus dilakukan bersama keluarganya. Pelatihan memasang payet dan mote kepada tuna rungu dan kaum duafa telah dilakukan sejak tahun 2008. Yang teranyar, bersama anaknya membangun Rumah Internet Atmanto (RIAT)

Konsen Kaum Perempuan

Berbagai rancangannya sering dipakai oleh para pesohor negeri. Meski menjadi salah satu desainer sukses, Amy tetap memiliki kepekaan terhadap sesama. Baginya memiliki banyak karya tidak membuat Amy puas. Ia ingin hidupnya memiliki banyak arti bagi sesama. Karena itu, ditengah kesibukan menghasilkan ragam karya, ia mendirikan Rumah Kreatif Amy Atmanto untuk memberi pelatihan gratis kepada masyarakat kurang mampu, dalam hal ini kaum marginal dan tuna rungu. Mereka dibekali ketrampilan seperti memasang payet atau mote untuk hiasan busana. Menurut Amy, kegiatan tersebut diharapkan bisa membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik. “Untuk pelatihan memasang payet dan mote, kita gunakan bahan-bahan sisa jahit. Alhamdulillah mulai apa yang ada, yang ada di diri kita,” katanya tersenyum.

Dengan pelatihan ini, mereka memiliki kemampuan soft skill. Bahkan yang mengikut pelatihan ini diberi piagam sebagai tanda keikutsertaan. “Jadi para ibu-ibu ini bekerja dari rumah sambil momong anak, mereka ambil kerjaan dari Tanah Abang, juga Cempaka Mas. Mereka yang awalnya dibayar Rp15 ribu menjadi Rp 20 ribu,” urainya.

Dengan kemampuan soft skill ini diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup minimal ekonomi keluarga, terutama perempuan. “Saya tuh concern bahwa perempuan itu harus diberi ilmu, entah bagaimana caranya. Dari apa yang bisa saya dan keluarga lakukan, dalam kondisi apapun, kita bisa tetap bahagia karena berbagi. Perempuan itu salah satu tonggak mental bangsa. Perempuan itu sangat memegang peranan penting untuk generasi penerus bangsa. Jadi kalau perempuan bisa berdaya, minimal dia bisa memiliki penghasilan sendiri. Perempuan yang mampu dan berdaya, sekecil apapun itu menjadi etos dan contoh buat anak-anaknya,” terangnya.

Hingga kini, Amy bisa berbangga, karena Rumah Kreatif telah melatih lebih dari 1000 orang kaum marginal dan tuna rungu.

Kegiatan sosial yang dilakukannya membawa dampak positif bagi masyarakat. Karena hal tersebut, Amy juga sempat mendapat berbagai penghargaan. Bahkan beberapa tahun lalu, kebaya rancangan yang dibuat oleh para tuna rungu binaannya, mengantarkannya menjadi best designer, serta wanita Indonesia paling inspiratif.

Rumah Internet

Tak hanya Rumah Kreatif, Amy juga mengagas Rumah Internet Atmanto (RIAT) pada tahun 2016. Namun, diakuinya, kedua anaknya, Adam dan Faiz yang kini mengelola RIAT karena keduanya menguasai teknologi sehingga bisa berbagi ilmu tentang komputer dan teknologinya. “Anak saya itu kan mengerti teknologi, ilmunya di sana. Makanya sesuai dengan ilmunya, ya mereka berbagi,” ujar Amy.

Dalam program ini, para tunanetra akan menjalani pelatihan pengenalan komputer, pengenalan internet dengan keterbatasan dan pelatihan online commerce bagi penyandang keterbatasan, serta pengembangan website crowdsourcing.  Juga diadakan  diskusi terbatas internet marketing oleh komunitas Kartunet, pelatihan penulisan kreatif “Menulis ala Blogger Reportase“ oleh komunitas elemen Reporter Indonesia, pelatihan softskiils dan character building bagi kaum marginal dan penyandang disabilitas.

Metode untuk RIAT adalah dengan mengadakan camp selama seminggu. Pelatihan komputer basic yang betul-betul diperlukan akan dilakukan. Setelah itu baru masuk ke sesi internetnya dan hal-hal yang berhubungan dengan internet marketing.

Berlatar pada UU nomor 19 tahun 2011 tentang hak-hak penyandang disabilitas serta pencanangan revolusi digital oleh Presiden Jokowi, Amy dan keluarga berharap masyarakat penyandang tunanetra juga mendapatkan haknya menikmati era teknologi. “Kami pastinya ikut partisipasi, memperkenalkan internet kepada sahabat tunanetra. Mereka brilian ya. Nantinya mereka tularkan. Kami ingin teknologi juga bisa dimanfaatkan oleh saudara kita penyandang disabilitas,” tandasnya.

Semua pelatihan ini diberikan secara gratis. Menurut Amy, teman-teman disabilitas ini punya potensi untuk bisa berkarya.  Amy mengharapkan dengan kegiatan ini bisa menjadi kegiatan positif bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik sehingga bisa juga merasakan hal yang sama seperti anak-anak normal lainnya. Oleh karenanya dibutuhkan dukungan dari semua pihak tentunya.

Dalam hidupnya, Amy menyadari bahwa tidak ada kebaikan yang merugikan. “Kebaikan itu akan berbalas limpahan kebaikan. Kita percaya itu. Dan jikalau seseorang melakukan yang gak baik bagi kita, itu gak usah marah, nanti  ada yang membalasnya,” pungkasnya. (dsy)