Pertumbuhan Investasi Jangan Hanya Angka

21

sironline.id, Jakarta – ditingkatkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Saat ini perekonomian Indonesia masih ditopang oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh produk domestik bruto (PDB) Indonesia yaitu sebesar 55,79%.

“Untuk ekspor tentu berkaitan dengan kondisi global dan kinerja ekspor kita masih jauh, namun dari sisi investasi tentu kita berharap sesudah adanya siklus politik ini di kuartal II, maka kuartal III akan mulai pick up,” kata Sri Mulyani dikutip dari laman Sekretariat Kabinet atau Setkab, Selasa (5/8/2019).

Menurut Sri Mulyani, beberapa indikator yang sebetulnya menunjukkan kemungkinan investasi akan pick up. Contohnya Penanaman Modal Asing (PMA) yang sudah tumbuh di atas 9 persen pada kuartal II.

“Saya masih cek di sektor keuangan serta pertumbuhan kredit maupun belanja dari capital dari perusahaan-perusahaan. Sebetulnya mereka relatif cukup positif. Jadi mungkin nanti akan terekam di kuartal III dan IV untuk investasi ya,” terangnya.

“Itu semua konsisten dengan belanja APBN kita. Di semester kedua kita harap indikator investasi maupun ekspor yang bisa pick up, gitu ya,” pungkasnya seraya berharap pada semester II tahun 2019 ini pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2 persen.

Direktur Riset CORE (Center of Reform on Economics) Indonesia Piter Abdullah menilai data investasi yang dirilis oleh BKPM dan juga yang menjadi keyakinan Sri Mulyani memang menyiratkan optimisme. BKPM menyebutkan bahwa realisasi investasi semester I 2019 membaik dibandingkan semester 1 2018.

Realisasi investasi pada tahun 2019 ini menurut BKPM jauh membaik dibanding 2018. Tahun lalu investasi melambat. Khususnya pada Penanaman Modal Asing (PMA) yang turun sembilan persen dibandingkan 2017.

Sementara pada semester 1 2019 realisasi investasi mencapai Rp 359,6 triliun atau meningkat 9,4 persen dibanding semester 1 2018. Dari total realisasi semester 1 2019, sebanyak Rp 182,8 triliun diantaranya masuk dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), atau naik 16,4 persen. Sedangkan, realisasi PMA adalah Rp 212,8 triliun, naik empat persen dibandingkan semester 1 2018.

“Data rilis BKPM memang menunjukkan kenaikan investasi. Tapi tidak sepenuhnya tercermin di pertumbuhan ekonomi. Merujuk laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan investasi pada kuartal II 2019 melemah karena kontraksi pertumbuhan investasi barang modal, selain bangunan dan mesin. Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan indikator investasi juga tercatat hanya tumbuh 5,01 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,85 persen,” papar Piter.

Ia menilai dengan menggunakan dua data lembaga pemerintah ini, optimisme yang disampaikan Menkeu dapat dipahami, tapi yang lebih penting lagi bukan sekadar angka pertumbuhan investasi, namun bagaimana angka itu kemudian secara riil mendorong pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan masyarakat.(eka)