DM Berperan pada Progresivisitas TB Laten Jadi TB Aktif

179
Dropplet (percikan batuk) bisa menularkan TB. Foto: Rayi Gigih-IO

 

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis (M.tb) dan saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), saat ini Indonesia menempati posisi ke-3 sebagai negara dengan beban TB terbanyak di dunia setelah India dan Cina.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, estimasi kasus TB mencapai 842 ribu, tetapi yang dilaporkan hanya 446.732 kasus. Setiap hari kurang lebih 300 orang per hari meninggal akibat TB, padahal rutin minum obat selama enam bulan, penyakit TB dapat disembuhkan.

Saat ini screening penyakit TB di fasilitas kesehatan tingkat satu di Indonesia sudah baik. Dokter sudah bisa curiga TB bila pasien mengeluh mengalami batuk selama dua minggu, berat badan terus menurun, merasakan nyeri dada, dan kerap berkeringat di malam hari.

Diungkapkan dr. Yunita Arliny, Sp.P(K), M.Kes, infeksi primer M.tb akan berkembang menjadi penyakit TB pda 5-10% individu, dan sisanya 90-95% menjadi infeksi TB laten (ITBL). “Infeksi TB Laten (ITBL) adalah suatu keadaan individu terinfeksi dengan kuman TB, tetapi tidak menunjukkan gejala sakit TB. ITBL merupakan reservoir yang paling besar untuk kuman TB karena dapat mengakibatkan TB aktif,” katanya dalam acara Promosi Doktor yang diselenggarakan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Salemba, Jakarta, Selasa (18/2/2020).

Diungkapkan staf pengajar Bagian SMF Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala, dan dokter di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam itu, sebanyak 2-10% individu dengan ITBL yang menjadi TB aktif akan menjadi sumber infeksi yang mengganggu program eliminasi TB global pada 2050 yang telah dicanangkan WHO. Saat ini diperkirakan sepertiga penduduk dunia atau 2-3 miliar orang merupakan penderita TB laten.

Di sisi lain, jumlah penyandang diabetes mellitus (DM), yang bukan merupakan penyakit menular, di Indonesia juga semakin meningkat. Saat ini diperkirakan terdapat 10 juta kasus DM, dan membuat Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia. DM dikatakan merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya TB dan ITBL.

“Pada penyandang DM risiko terjadinya infeksi TB ataupun sakit TB meningkat 3-5 kali. DM juga merupakan salah satu faktor yang dianggap berperan pada reaktivasi atau progresivisitas TB laten menjadi TB aktif. Hasil penelitian atas skrining TB laten pada 242 pasien DM tanpa riwayat TB, didapatkan 82 pasien (33,8%) terdiagnosis TB laten dan 1 pasien (0,4%) DM terdiagnosis TB aktif,” ujarnya.

Diungkapkan ibu dua anak ini, pada pasien dengan DM, sistem imunitasnya terganggu yang mengakibatkan kegagalan berantai membunuh kuman TB. Faktor-faktor yang dapat berperan sebagai prediktor TB aktif pada DM dengan TB laten adalah faktor laboratorium (cathelicidin, vitamin D3, IFN-γ) serta faktor klinis (riwayat merokok dan kadar HbA1c). Jika terdapat riwayat merokok, nilai HbA1c > 9,5% dan kadar Cathelicidin > 30 ng/mL pada DM TB laten, probabilitas TB aktif sebesar 88,7%. “Pemberian cathelecidin dan 1,25 dihidroxyvitamin d3 bisa mengobati pasien TB,” ungkapnya.

Ditambahkan, hasil penelitian ini diharapkan efektif membantu klinisi memberikan informasi kepada penyandang DM yang dicurigai TB, tetapi negatif secara klinis, radiologis, dan laboratorium sehingga dapat diputuskan tatalaksana yang tepat. Semua bermuara pada target yang sudah dicanangkan Kementerian Kesehatan, yakni tidak ada kasus TB baru pada 2050, dapat tercapai. (est)