Legenda Cinta di Pulau Kemaro

553

Palembang –  Dalam bahasa Palembang, kemaro berarti kemarau. Nama itu digunakan lantaran Pulau Kemaro tidak pernah tergenang air. Bahkan jika sungai Musi sedang mengalami air pasang, Pulau Kemaro terlihat seakan-akan mengapung di tengah sungai Musi.

Sebenarnya Pulau Kemaro adalah delta (pulau bentukan murni) di Sungai Musi. Anda bisa menuju Pulau Kemaro dari Dermaga Benteng Kuto Besak menggunakan Getek (perahu), dengan biaya Rp 200 ribu – Rp 250 ribu per perahu.

Saat tiba di Pulau Kemaro, telihat Pagoda bertingkat sembilan. Sore ini tampak sepi. Selain Pagoda yang dibangun pada 2006 itu, daya tarik lain Pulau Kemaro adalah Klenteng Hok Tjing Rio atau lebih dikenal Klenteng Kuan Im yang dibangun pada 1962. Di depan Klenteng inilah terdapat makam saudagar Tiongkok Tan Bun An  dan Siti Fatimah yang melegenda. Kisah cinta mereka berdua inilah yang konon membuat Pulau Kemaro terbentuk.

Menurut cerita masyarakat lokal, kisah terbentuknya Pulau Kemaro dimulai saat Tan Bun An ingin melamar Siti Fatimah. Pinangannya diterima oleh Raja Palembang, kemudian Pangeran Tan Bun An mengajak Siti Fatimah berlayar ke China untuk menemui kedua orang tuanya.

Ketika mereka pulang ke Palembang, orang tua Tan Bun An memberikan tujuh guci sebagai hadiah. Sesampainya di tanah Sriwijaya Tan Bun An menyerahkan guci tersebut ke Raja Palembang dan alangkah terkejutnya Tan Bun An, ternyata guci tersebut berisi sayuran.

Tanpa pikir panjang, Tan Bun An yang marah membuang guci tersebut ke sungai. Tetapi saat guci yang terakhir terjatuh dan pecah, ternyata di dalamnya berisi emas yang ditimbun oleh sayuran.

Orang tua Tan Bun An sengaja melakukan itu untuk menghindari pembajakan saat perjalanan pulang dari China ke Palembang. Menyesali perbuatannya, Tan Bun An melompat ke sungai untuk mengambil guci yang telah dibuangnya.

Siti Fatimah mengetahui apa yang dilakukan kekasihnya. Ia ikut melompat ke sungai dan mereka berdua tidak muncul kembali.

Pulau Kemaro merupakan delta Sungai Musi, luasnya sekitar 30 hektar dan hanya dihuni oleh ratusan orang saja. Pulau Kemaro dilengkapi dengan berbagai situs seperti pagoda, makam penunggu pulau, kelenteng, tempat pembakaran uang kertas, dan pohon cinta.

Jika ingin berkunjung ke Pulau Kemaro, sebaiknya mencocokkan jadwal dengan perayaan masyarakat Tionghoa, seperti Imlek dan Cap Go Meh. Karena pulau ini salah satu tempat yang dipercaya sebagai tempat yang sakral. Biasanya di sini para keturunan Tionghoa ini berdoa dan melakukan aktivitas membakar dupa. (des)