Pneumonia Belum Selesai di Indonesia!

87

 

Pneumonia atau radang paru masih menjadi penyebab utama kematian 800.000 anak usia di bawah lima tahun di seluruh dunia. Data di Indonesia tahun 2018, sebanyak 19.000 balita meninggal akibat pneumonia, berarti lebih dari dua anak meninggal setiap jam akibat pneumonia. Minimnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pencegahan serta deteksi dini mengakibatkan penanganan yang dibutuhkan menjadi terlambat.

Lalu, apa itu pneumonia? Pneumonia merupakan peradangan pada jaringan paru yang disebabkan virus, bakteri, atau jamur. Bakteri penyebab pneumonia adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan Hib (Hemophilus influenza tipe B), sedangkan virus penyebab pneumonia yang paling sering dijumpai adalah respiratory syncytial virus (RSV). Selain RSV, virus influenza, rhinovirus, dan virus campak (morbili) juga dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia.

Kedua dari kiri: Dr. Aman Pulungan, Sp.A(K), kematian akibat pneumonia masih sangat tinggi. (Foto: Esti)

Ketua Umum PP IDAI, DR. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), menyebut bukan persoalan stunting yang mencemaskan dirinya, tetapi justru tingginya angka kematian balita akibat pneumonia. Dikatakan, upaya memerangi penyakit yang juga bisa menyerang orang lanjut usia ini merupakan tanggung jawab semua pihak.

“Persoalan pneumonia belum juga selesai di Indonesia. Padahal, pencegahan bisa dilakukan, paling efektif dengan imunisasi lengkap, meliputi imunisasi campak, pertusis, pneumokokus (PVC) dan Haemophilus influenzae tipe B (Hib). Saya baru kembali dari Turki, di sana ibu negaranya menyebut sangat bangga anak-anak mereka mendapat vaksin produksi Indonesia, yang disebut sebagai sesama negara Muslim,” katanya di Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Badan Kesehatan Dunia (WHO), disebutkan dr. Aman, mencanangkan tiga langkah utama menanggulangi pneumonia, yaitu dengan 3P: proteksi balita, pencegahan pneumonia, dan pemberian tata laksana pneumonia yang tepat. Data WHO, anak yang tidak mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif berisiko 15 kali lebih besar terkena pneumonia. Oleh karena itu, IDAI mengampanyekan STOP Pneumonia dengan akronim sebagai berikut: S = bayi mendapat ASI hingga usia dua tahun, T = tuntaskan imunisasi, O = obati dengan tepat, dan P = penuhi kebutuhan gizi anak. (est)