Indonesia Darurat Diabetes Tipe-2

675

Jumlah penderita diabetes di Indonesia telah menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. IDF Diabetes Atlas edisi ke-8 (2017) mengungkapkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 10,3 juta dan karenanya Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah penderita diabetes dewasa tertinggi di dunia. Angka total penderita diabetes diprediksi akan terus mengalami peningkatan dan mencapai 16,7 juta pada tahun 2045.

Hasil studi Discover yang melibatkan 38 negara, Indonesia menempati peringkat pertama nilai rata-rata HbA1C setelah penggunaan terapi lini pertama, angkanya sebesar 9,2%, idealnya antara 5,7-6,4%. Dengan nada bercanda, Prof. Dr. dr. Agung Pranoto, SpPD-KEMD, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia), dalam acara pencanangan program Early Action in Diabetes (EAiD), di Jakarta, beberapa waktu lalu, menyebut bila diabetesi dan keluarganya ingin, bisa mendirikan partai, saking banyaknya anggota.

Prof. DR. Dr. Agung Pranoto, SpPD-KEMD

“Diabetes tipe-2 secara perlahan telah menjadi keadaan darurat kesehatan masyarakat, dan tantangannya adalah terkait dengan diagnosis. Komplikasi adalah konsekuensi dari diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, termasuk di antaranya risiko penyakit kardiovaskular, kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi yang jauh lebih tinggi,” ujar Prof. Dr. dr. Agung Pranoto, SpPD-KEMD, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia), dalam acara pencanangan program Early Action in Diabetes (EAiD), di Jakarta.

Studi formatif yang dipimpin oleh Center of Health Economics and Policy Science (CHEPS) Universitas Indonesia tersebut mengangkat lima tantangan utama dalam pengobatan diabetes di Indonesia. Kelima tantangan tersebut mencakup kurangnya jumlah dan kualitas pelatihan tenaga kesehatan, kurangnya sumber daya manusia yang tersedia untuk dukungan penanggulangan diabetes, ketimpangan ketersediaan infrastruktur umum pada tingkat primer, kurangnya peralatan diagnostik di tingkat primer yang berdampak pada biaya yang lebih tinggi saat perawatan diabetes di tingkat sekunder dan tersier, serta keterbatasan jumlah obatan dan variasi obat diabetes bagi pasien.

Dikatakan dr. Agung, agar terhindar dari komplikasi akibat diabetes, mengendalikan glukosa darah sebaik mungkin, sangatlah dianjurkan. “Glukosa darah puasa 100-125 mg/dL, glukosa darah 2 jam setelah puasa 140-199 mg/dL. Teratur minum obat, suntik insulin, serta rajin olahraga,” tuturnya. (est)