Yuks Ngebatik di Ndalem Gondosuli

599
sironline/Dessy Aipipidely

sironline.id, Solo – Ndalem Gondosuli merupakan rumah galeri dan edukasi batik, yang mengusung tagline ‘Batik Gallery & Education’. Terletak di kampung Batik Laweyan.  Bangunan bergaya Art Deco ini didirikan oleh KRHT Heru Notodiningrat. Pendirian Ndalem Gondosuli dilatarbelakangi atas keprihatinan Heru terhadap minimnya perajin batik tulis. Disamping itu, juga untuk melestarikan budaya membatik.

Sejauh ini, Ndalem Gondosuli sering menjadi tempat tujuan wisatawan yang ingin belajar membatik. Mereka yang datang tidak hanya dari Solo, namun juga Jakarta, Surabaya bahkan Malaysia dan Singapura.

Ndalem Gondosuli berfokus sebagai galeri batik yang menampilkan produk premium dengan desain eksklusif. Dengan menyediakan produk kain, pakaian, aksesoris, serta cinderamata asal Solo. Di bidang edukasi berfokus sebagai sarana pendidikan dan pengembangan batik. Menawarkan program Batik Short Course bagi siswa sekolah tingkat PAUD hingga mahasiswa dan umum. Juga menawarkan program Batik Intensif Course bagi para pengrajin batik di daerah agar lebih terampil dan bisa mengembangkan usaha batik hingga ke mancanegara, serta program riset dan pengembangan batik bagi praktisi dan akademisi.

Ndalem Gondosuli dilengkapi sarana penunjang, seperti lounge, museum batik multimedia digital, bunker, kelas workshop batik, showroom batik, meeting room, dan artspace yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budaya dan kesenian bagi seniman maupun masyarakat serta galeri batik.

Ke depan Ndalem Gondosuli difungsikan sebagai public space yang dapat diakses semua kalangan dan menjadi destinasi wisata batik di Kampung Lawayen.

Sekadar indo, kawasan sentra Kampung Batik Laweyan sudah ada sejak sejak zaman kerajaan Pajang 1546 Masehi. Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para juragan batik sebagai pemilik usaha batik, sampai sekarang masih ditekuni oleh masyarakat setempat. Laweyan juga terkenal dengan bentuk bangunan rumah para juragan batik yang dipengaruhi arsitektur Jawa, Eropa, Cina, dan Islam. Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau “benteng” yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit spesifik seperti kawasan Town Space.

Berbicara batik, tidak bisa lepas dengan tokoh bernama Mbok Mase. Mbok Mase memiliki peran penting dalam mengembangkan Batik Solo. Seperti contoh, menggeser dari batik tulis ke batik cap pada abad ke-20 yang akhirnya membawa puncak kejayaan bagi batik Laweyan saat itu. Mbok Mase merupakan sosok yang luar biasa karena selain sebagai ibu rumah tangga, Mbok Mase juga sebagai pengusaha batik karena mempunyai kekuasaan penuh dari mengurus keuangan, menentukan jumlah produksi, hingga distribusi batik.

Mbok Mase sebagai pengusaha batik memiliki kesadaran-kesadaran yang diterapkan dalam pengelolaan usaha maupun kehidupan keseharian. Banyak hal yang menjadi potensi sejarah dari sosok Mbok Mase, mulai dari penerapan sistem usaha, kebudayaan, seni, keterampilan, busana, adat-istiadat, bangunan, maupun foklore yang menjadi nilai historis daya tarik untuk datang ke Kampung Batik Laweyan. (dsy)