Korban Rentan Derita Infeksi Menular Seksual (IMS)

117

 

Korban kekerasan seksual rentan mengalami gangguan infeksi menular seksual alias IMS. Keparahan yang terjadi akibat infeksi itu bisa menyerang siapa saja, baik korban perempuan maupun laki-laki.

Menurut spesialis kulit dan kelamin di Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI)– RS Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, dr. Hanny Nilasari, Sp.DV(K), infeksi menular seksual yang bisa dialami perempuan dan laki-laki antara lain gonore, klamidiasis, dan sifilis, bahkan HIV. Pada perempuan biasanya gejala berupa keputihan.

“Kekerasan seksual pada perempuan umumnya dilakukan penetrasi via vagina sehingga infeksi timbul di sekitar vagina atau bibir vagina. Sementara kekerasan seksual pada pria biasanya dilakukan melalui seks anal sehingga infeksi terjadi di sekitar anus,” ujarnya dalam seminar “Waspadai Kekerasan Seksual” di Jakarta, Jumat (10/1/2020).

Prof. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB (Foto: Esti)

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Prof. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, menambahkan bahwa dampak seks anal perlu diwaspadai karena menyebabkan gangguan saluran cerna bagian bawah, seperti anus dan rectum. Disebutkan, anus atau dubur memang tidak dipersiapkan untuk menerima masuknya benda asing dari luar. Anus berperan sebagai tempat lewatnya feses atau kotoran sehingga jelas bahwa anus bisa menjadi sumber infeksi.

Seks anal bisa juga menyebabkan luka di anus dan rectum, yang berfungsi sebagai tempat keluarnya kotoran, terutama bila dilakukan tanpa menggunakan lubrikan. “Rektum dengan panjang 10 sentimeter berisiko terluka jika terjadi seks anal. Korban kekerasan seks anal rentan terinfeksi karena otot sphincter di area bawah anus dipaksa terbuka. Dampak infeksi akibat kekerasan seksual berbahaya. Apalagi jika tidak ada jaminan bagi korban menjalani skrining kesehatan untuk memeriksa risiko infeksi menular seksual,” katanya.

Selain meningkatkan risiko menular seksual dan infeksi bakteri, seks anal bisa memicu kanker anus. Kanker anus bisa terjadi akibat infeksi human papillomavirus, infeksi HIV, dan berhubungan seksual dengan banyak pasangan. Ditambahkan, kanker anus meliputi 1-2% dari seluruh kasus kanker, dan selalu bertambah dari tahun ke tahun.

Prof Ari menambahkan data Kementerian Kesehatan tahun 2019, kasus HIV yang dilaporkan menurut faktor risiko paling banyak ditemukan pada LSL atau lelaki berhubungan seksual dengan lelaki (4.421 kasus) dan heteroseksual (3.975 kasus). (est)