Fenomena Pawang Hujan dan Apresiasi dari Tim MotoGP

124

sironline.id – Jakarta, Sosok pawang hujan Raden Roro Istiati Wulandari atau disapa Rara menjadi sorotan publik saat ia melakukan ritual untuk menghentikan hujan deras di ajang Pertamina Grand Prix of Indonesia atau MotoGP Mandalika 2022, Lombok Tengah, NTB, Minggu (20/3/2022).

Saat hujan deras mengguyur Sirkuit Mandalika, Rara sedang berada di dalam tendanya dan melakukan ritual penangkal hujan bersama dua asistennya. Melihat hujan makin deras dan petir menggelegar, ia mencoba masuk ke area sirkuit. Awalnya ia tak diperkenankan karena identitasnya tak memenuhi syarat masuk pit lane. Tidak semua orang bisa berjalan di pit lane karena Dorna Sports selaku pengelola MotoGP menerapkan peraturan yang ketat. Hal ini sempat dikeluhkan Rara. Akhirnya Mandalika Grand Prix Association (MGPA) mengizinkannya masuk pit lane atas persetujuan Dorna.

Wanita kelahiran Jayapura, 22 Oktober 1983 yang berdarah Jawa ini pun bergerak cepat melakukan ritual pawang hujan disaksikan puluhan ribu penonton yang hadir di sirkuit termasuk Presiden Jokowi, kru dan pembalap MotoGP. Ia melakukan ritual dengan membawa singing bowl atau mangkok emas di pit lane Sirkuit Mandalika. Ia berjalan sambil memutar-mutarkan dan memukulkan pengaduk pada mangkok.  Sesekali ia berhenti sambil membacakan mantra serta mengangkat alat-alat ritualnya ke atas. Ia juga terdengar sesekali berteriak ke atas.

Setelah 15 menit ritual, Rara berhasil menghentikan hujan dan MotoGP Mandalika yang sempat tertunda beberapa saat berhasil diselenggarakan. Aksi Rara sebagai pawang hujan ini kemudian viral di media sosial. Tak hanya media lokal, media internasional juga menyoroti kearifan lokal Indonesia yang telah hidup bertahun-tahun tersebut.

Aksi Rara sebagai pawang hujan di ajang MotoGP Mandalika 2022 juga mendapat apresiasi dari panitia MotoGP hingga media luar negeri. Setelah hujan berhasil reda, kinerja Rara dipuji tim MotoGP. “IT WORKED!” tulis Twitter resmi MotoGP dikutip Minggu (20/3/2022).

Wanita yang saat ini tinggal di Bali ini sudah berpengalaman dalam mengendalikan cuaca. Ia beberapa kali berkesempatan bertugas sebagai pawang hujan pada beberapa event besar, seperti Konser “Putih Bersatu” di GBK pada 13 April 2019, acara Visi Misi Indonesia pada 4 Juli 2019 di SICC Sentul, Jawa Barat, upacara pembukaan Asian Games 2018, acara AFC Cup U-19 pada 2018, Forum G20 Social Program pada Februari 2022. Konser Guns N Roses, konser Ed Sheeran, event Sentra Vaksinasi bersama BUMN pada Maret-Juni 2021, kerja sama dengan Basarnas dalam penemuan pesawat jatuh, seperti saat musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dan lainnya.

Selain Rara, ada juga Rr. Diah Mustika Sari atau akrab disapa Alexa, asisten pawang hujan Rara mengatakan  hampir 100% dari berbagai acara yang ditangani Rara saat menjalankan tugasnya berhasil. “Kalau ngga, ya ngga mungkin tetap dipakai sampai sekarang, apalagi acara-acara kenegaraan,” ujarnya.

Alexa mengatakan ritual pawang hujan sudah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. “Pawang hujan itu selalu ada di berbagai acara, seperti konser musik, perhelatan akbar lainnya dan acara-acara penting, cuma memang kadang nggak di ekspose kan? Silakan tanya ke kawan-kawan EO, pasti mereka sudah nggak asing dengan pawang hujan. Bahkan acara pernikahan di kampung pun biasa pakai. Jadi  sudah bukan hal yang aneh lagi,” jelasnya.

Ia menegaskan, pawang hujan itu bukan menghentikan hujan tapi menggeser hujan ke tempat lain. Seperti di event MotoGP Mandalika 2022, Rara akhirnya masuk ke area untuk menggeser atau memindahkan hujan agar di tempat itu aman. “Kalau nggak gitu acara nggak bisa berlangsung dong. Kita kan sama-sama ingin Indonesia dapat nilai plus di mata internasional,” ujarnya.

Menurut Alexa, dalam menjalankan tugas sebagai pawang hujan, Rara tetap dengan berdoa pada Tuhan YME, karena beliau percaya bahwa tanpa adanya perkenan dariNya semua tidak akan bisa terwujud. Adapun fungsi singing bowl yang dibawa digunakan untuk berbicara dengan semesta dan dapat pula menetralisir udara. “Sarananya dupa, perapian dan cabe merah serta bawang merah seperti jaman kakek nenek kita dulu dan tetap dengan berdoa. Beliau juga menggunakan doa agama lain, seperti saat bersama saya ya membaca surat Al Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq,  sesuai kepercayaan masing-masing saja,” tambahnya.

Ia mengatakan cara kerja pawang hujan melalui proses karena pawang hujan tidak bisa menghentikan hujan dalam sekejap, tapi menggeser atau memindahkan hujan ke lokasi lain atas kemurahan dan ijin Tuhan sehingga hujan mau diajak “kerjasama” dan akhirnya bisa digeser.

Dalam bertugas sebagai pawang hujan, selain memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam proses “menggeser awan” Rara juga selalu mensinkronkan dengan ramalan cuaca yg dirilis oleh BMKG.

“Pawang hujan ini budaya yang berasal dari leluhur Nusantara. Cara komunikasi dengan semesta berbeda-beda tiap orang. Teriakan yang dilakukan saat ritual pawang hujan bertujuan untuk memanggil para dewa dan leluhur untuk bisa “membantu.” Kalau kondisi biasa mbak Rara juga nggak akan bisa teriak walau dipaksa,” jelasnya.

Menurutnya, mereka yang masih kontra dengan keberadaan pawang hujan lupa dengan asal usulnya, seakan segala macam sesajen itu dianggap musyrik. “Sesajen itu gunanya untuk menghormati para dewa, para leluhur. Kenapa? Leluhur kita itu yang membuat langkah kita menjadi lebih mudah dan menjadi perantara, jembatan antara kita dengan semesta dan dengan Tuhan YME,” pungkasnya.