Tim ITS Juara di Korea Berkat Kotak Pendingin Ramah Lingkungan

162
Dito Abrar Amanullah, Reza Aulia Akbar, Muhammad Adrian Fadhilah saat mengikuti Seoul International Invention Fair (SIIF) 2019 di Korea

 

Surabaya – Prestasi sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kian melejit di kancah internasional. Dengan mengusung gagasan kotak pendingin ramah lingkungan bernama ES-PORT, tim dari Departemen Teknik Industri ITS berhasil meraih medali emas dan beberapa penghargaan spesial pada gelaran Seoul International Invention Fair (SIIF) 2019 di Korea yang berlangsung selama empat hari, akhir November lalu.

SIIF merupakan perhelatan tahunan pameran produk riset yang tahun ini diikuti oleh 635 inventor dari 30 negara di seluruh dunia, melingkupi kalangan mahasiswa hingga perusahaan multinasional. Gagasan produk Portable, Practical, and Eco-Friendly Storage (ES-PORT) yang merupakan hasil kolaborasi mahasiswa dan dosen Departemen Teknik Industri ITS ini mendapatkan penghargaan spesial dari tiga instansi, yaitu Taiwan Invention Association, Universiti Malaysia Trengganu, dan Patent Office of Cooperation Council for the Arab States of The Guils (GCCPO).

Beberapa penghargaan yang berhasil diraih oleh delegasi ITS dalam SIIF 2019

Delegasi ITS yang dibimbing oleh Dr Adithya Sudiarno ST MT IPM dan Ratna Sari Dewi ST MT PhD beranggotakan tiga mahasiswa lintas angkatan, yaitu Muhammad Adrian Fadhilah, Reza Aulia Akbar, dan Dito Abrar Amanullah. Adithya, salah satu dosen yang ikut andil dalam perancangan produk tersebut menuturkan, faktor yang menjadikan timnya meraih penghargaan spesial dari GCCPO adalah atas dasar konsep desain 4 in 1 practically.

“Penghargaan tersebut merupakan salah satu yang mengejutkan kami [tim ES-PORT],” ungkap dosen pengampu Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, Departemen Teknik Industri tersebut.

Konsep 4 in 1 practically yang dimaksud adalah pertama, eco design dari produk menggunakan bahan 100 persen Recycled High Density Polyethylene (HDPE) yang berpengaruh pada penambahan kapasitas penyimpanan. Dengan menambah lembaran baru HDPE di beberapa bagian, kapasitas produk akan membesar.

Kedua, komponen pendingin menggunakan termoelektrik (perangkat konversi energi panas) dan ice gel. Ketiga, penggunaan panel surya dan listrik. Terakhir, desain mobilitas produk yang dibuat mengacu prinsip rancangan antropometri (pengukuran dimensi tubuh manusia) agar produk bersifat ergonomis.

Muhammad Adrian Fadhilah, salah satu anggota tim menjelaskan, produk ES-PORT telah diuji coba dan diaplikasikan langsung pada nelayan di wilayah Kenjeran, Surabaya. “Dalam pengujian, produk ini mampu mendinginkan hingga suhu minus 5,5 derajat Celsius selama kurang lebih sepuluh jam,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Adrian tersebut.

Mengupas balik ke belakang, cetusan produk tersebut berangkat dari permasalahan para nelayan yang 6–7 persen hasil tangkapannya sering membusuk sebelum dijual. Juga mengacu pada masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh media penyimpanan bahan pangan yang masih menggunakan freon (Chlorofluorocarbon). Seperti diketahui bahwa freon memberikan kontribusi terhadap penipisan lapisan ozon.

Untuk itulah, sedari enam bulan yang lalu, produk ES-PORT dirancang. Disampaikan kembali oleh Adrian, bahwasanya banyak tantangan yang dihadapi oleh timnya selama proses perancangan purwarupa produk tersebut.  “Seperti halnya ketidaksamaan antara ide awal dan kondisi riil ketika pembuatan, sehingga ada rancangan yang harus diganti ataupun dirancang ulang,” ungkap mahasiswa angkatan 2018.

Sementara itu, menilik fakta bahwa produk buatan timnya mendapatkan atensi yang bagus, Adithya selaku pembimbing mengatakan bahwa akan dilakukan pengembangan fitur lebih lanjut. “Mengacu pada masukan yang kami terima selama kompetisi, sembari menyiapkan untuk hak cipta produk ES-PORT,” ujar Kepala Program Studi Sarjana Departemen Teknik Industri ITS tersebut. (*/est)