Cek Tekanan Darah Harus Dilakukan Berulang Kali

440

 

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang berakibat pada peningkatan angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan, termasuk di Indonesia. Hipertensi dapat menjadi penyebab risiko kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, mata, serta pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah tepi yang mengakibatkan kecacatan dan kematian.

Di Indonesia, dengan jumlah penduduk 265 juta orang, prevalensi hipertensi 34,1% pada 2018, meningkat dibandingkan tahun 2013, yakni 27,8%. Sementara itu, prevalensi penyakit ginjal kronis pada penduduk usia di atas 15 tahun 3,8% atau sekitar 10 juta orang. Dari angka tersebut, yang pernah atau sedang menjalani sebesar 19,3% atau 1,9 juta orang.

Hipertensi umumnya tidak bergejala sehingga sering disebut sebagai silent killer. Gejala yang bisa timbul bila tekanan darah sedang sangat tinggi antara lain sakit kepala, pusing, penglihatan buram, sakit dada, berdebar-debar, mual, kebingungan, telinga berdenging, hingga sulit bernapas. Karena merupakan penyakit tersembunyi dan sulit terdeteksi, untuk mengedukasi masyarakat, Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, disingkat PERHI, mengampanyekan Gerakan Peduli Hipertensi, disingkat GPH.

Lalu, kapan seseorang disebut menderita hipertensi?

“Hipertensi adalah tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah kekuatan jantung memompa untuk mengalirkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan ini bisa berubah dari waktu ke waktu dipengaruhi aktivitas yang sedang dilakukan, misalnya olah raga, istirahat, dan adanya tahanan oleh pembuluh darah itu. Dikategorikan hipertensi bila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg,” kata dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, FINASIM, kepada media di Jakarta, Kamis (17/10/2019).

Dr. dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, FINASIM

Angka 140 mmHg = tekanan darah sistole (TDS), ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan angka 90 mmHG = tekanan darah diastole (TDD), ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah. TDS adalah tekanan maksimal yakni ketika jantung sedang berkontraksi, sedangkan TDD terendah saat jantung istirahat.

Namun, kita tidak bisa langsung memastikan seseorang menderita hipertensi dengan hanya sekali pengukuran tekanan darah. “Banyak pasien yang tensinya cenderung tinggi saat diperiksa di rumah sakit. Untuk lebih memastikan, lakukan Ceramah, singkatan dari cek tekanan darah di rumah. Lakukan berulang-ulang, setiap pagi, siang, malam, dengan jeda beberapa menit. Bila tekanan darah tetap tinggi saat periksa sendiri di rumah, kita patut curiga hipertensi,” ujar Ketua Umum PERHI itu. (est)