Bayi Tabung, Solusi bagi Pasangan dengan Gangguan Kesuburan

210

Gangguan kesuburan merupakan kegagalan satu pasangan untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual yang benar selama satu tahun tanpa memakai alat kontrasepsi. Umumnya 75% perempuan mengalami kehamilan pada enam bulan pertama pernikahan.  Berdasar data Badan Kesehatan Dunia (WHO), satu dari empat pasangan di negara berkembang mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas.

dr. Beeleonie, BMedSc, SpOG(K)

“Faktor suami istri atau kombinasi keduanya dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Yang termasuk dalam faktor istri adalah gangguan pematangan sel telur, sumbatan saluran, atau gangguan pada rahim dan indung telur. Sementara pada pria, penyebab gangguan kesuburan adalah masalah sperma, meliputi jumlah, bentuk, dan gerak sperma yang kurang memadai. Karena itu, sebaiknya hindari kebiasaan menyimpan ponsel di saku celana,” kata dr. Beeleonie, BMedSc, SpOG(K), dari Klinik SMART-IVF.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2008, dari total populasi di Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa, perempuan usia reproduksi berjumlah 39,8 juta. Diungkapkan dr Bee, panggilan dr Beeleonie, dari angka tersebut, 10-15% alias 4 juta orang mengalami gangguan kesuburan, sedangkan gangguan sperma dilaporkan berkisar 35%. Infertility affects men and women equally.

Program bayi tabung alias In Vitro Fertilization atau IVF merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kehamilan pada pasangan yang mengalami gangguan kesuburan dengan cara mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh manusia. Setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim si calon ibu. Teknik bayi tabung berbeda dengan konsep inseminasi, di mana proses pertemuan antara sperma dan sel telur tetap terjadi di dalam tubuh manusia.

SMART-IVF memiliki beberapa keunggulan yang diperlukan dalam klinik bayi tabung, seperti dokter ahli dengan kompetensi tinggi, tersedianya teknologi dan metode IVF terdepan, serta ketersediaan laboratorium penunjang seperti laboratorium embriologi dan jaringan kerja (network) yang luas. “Kita memang kalah bila dibandingkan dengan Singapura atau Malaysia karena mereka menerapkan medical tourism. Padahal, untuk bayi tabung, tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri karena Indonesia pun sudah punya klinik IVF yang mumpuni.”

Setelah menjalani program bayi tabung, calon ibu bisa tetap beraktivitas seperti biasa. Seperti kehamilan umumnya, pada proses bayi tabung juga bisa terjadi keguguran, dengan tingkat keberhasilan berkisar 30-40 persen. Salah satu penyebab usia ibu. Semakin muda usia calon ibu, tingkat keberhasilan bayi tabung semakin besar. (est)