Gerindra Tepis Organisasi Radikal Jadi Penumpang Gelap

86
sufmi dasco ahmad (dok Yoga Agusta)

Sironline.id, Jakarta – Sepekan terakhir, media massa kembali diramaikan dengan isu penumpang gelap di gerbong partai Gerindra. Menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, penumpang gelap tersebut gigit jari saat Prabowo Subianto melakukan rekonsiliasi dengan Presiden Joko Widodo di MRT pada pertengahan Juli lalu.

“Dua tokoh itu bertemu di MRT. Setelah MRT itu disampaikan kalau pemerintah ingin kita sama-sama bangun bangsa dan negara,” katanya dalam diskusi Cyrus Network Soal Evaluasi Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden di Ruang Downing, Hotel Ashley, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.

Menurutnya Gerindra tidak akan bernegosiasi dengan organisasi berpaham radikalisme, apalagi sampai ingin mengganti Pancasila. Bahkan Partai mendukung bila organisasi semacam itu dibubarkan saja.

“Siapa pun organ yang mengusung paham radikalisme dan mengganggu Pancasila, saya dan Gerindra tegas dukung dibubarkan dan ditindak hukum dengan tegas,” pungkas Dasco.

Banyak pihak yang menduga Gerindra disusupi organisasi yang telah dibubarkan, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai “Penumpang gelap” terlibat dalam pemenangan Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno pada Pilpres 2019 kemarin.

“Yang pertama HTI tidak pernah terlibat dukung Prabowo dan bang Sandi,” tegasnya.

Meski demikian, Andre tak membantah ada saja pihak-pihak yang ingin menyusup sebagai penumpang gelap, bahkan tamu tak diundang yang sempat meminta Prabowo agar membiarkan dan mendorong para ulama dan emak-emak untuk bentrok dalam aksi unjuk rasa saat sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di depan Gedung Mahkamah Konstitusi beberapa waktu lalu.

“Sudah jelas penumpang itu orang yang datang ke Prabowo, membiarkan dan mendorong ulama dan emak-emak menjadi korban bentrokan dengan aparat,” ucapnya.

Namun, bisikan penumpang gelap itu dimentahkan oleh Prabowo. Prabowo tidak mau menerima ide-ide jahat penumpang gelap tersebut yang dapat membahayakan masyarakat.

“Prabowo tidak sepakat dengan itu, Prabowo enggak mau menerima ide-ide dia karena Prabowo itu pratiot,” tegasnya.

Meski tak mengungkap lebih gamblang, namun Andre berdalih bahwa aparat penegak hukum tentu lebih tahu siapa “penumpang gelap” yang dimaksudnya.

“Ya itu ranahnya para penegak hukum saja. Aparat pasti tau lah,” tambahnya.

Sementara itu Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Gerindra, Fadli Zon tak menampik jika pola pikir antara pendukung dan relawan kadang kala berbeda dengan keputusan yang diambil Prabowo. Meski demikian Wakil Ketua DPR ini sangat yakin Prabowo selalu menghargai pendapat para pendukungnya karena telah bersama-sama berjuang pada pemilu lalu.

“Kan kita menggiring tetap damai, konstitusional, tapi kita tetap menghargai semua perjuangan relawan dari semua kelompok, emak emak, kan memperjuangkan pemilu yang jujur dan adil. Dan akhirnya juga mereka cooling down,” kata Fadli.