Viral Isu Disintegrasi, Mega: Saya Yakin, tidak Ada Satupun yang Ingin Mengganti Ideologi Pancasila

145
Mega, Prabowo, Jokowi di kongres PDIP V di bali (dok PDIP)

Sironline, Bali – Kongres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kelima dengan tema Solid Bergerak untuk Indonesia Raya digelar lebih cepat dari rencana sebelumnya. Sebagai pucuk pimpinan partai berlambang banteng moncong putih itu, Megawati merasa perlu mempercepat kongres karena ia melihat adanya gejala disintegrasi yang sistematis terjadi selama pemilu 2019. Menurut kajian pusat data analias PDIP, fenomena tersebut hampir mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa.

“PDIP menilai serius isu disintegrasi bangsa sehingga tidak boleh diabaikan. Kami memiliki kesadaran bahwa persatuan dan kesatuan menjadi syarat mutlak bagi sebuah bangsa. Bangsa ini tidak akan kuat jika masih terjadi perpecahan, “perang saudara”. Atas pertimbangan itu sebagai ketua umum saya putuskan mempercepat kongres,” tegasnya di hotel Grand Inna Beach, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (08/08/2019).

Ancaman disintegrasi bangsa tersebut mengingatkan putri persiden pertama RI Soekarno ini akan Pemilu perdana 1955 lalu. Kala itu Soekarno mengingatkan jangan sampai pemilu menjadi ajang pertempuran politik sedemikian rupa yang dapat membahayakan bangsa, salah satunya intoleransi dan disintegasi bangsa yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

“Demokrasi itu penjelmaan toleransi, itu yang saya resapi kata-kata Bung Karno,” katanya.  Lebih lanjut Megawati menegaskan jika toleransi dan demokrasi tidak bisa dipisahkan dalam politik.

“Jika intoleransi muncul dan berkembang, maka demokrasi Pancasila akan musnah, kekuatan bangsa akan musnah. Yang muncul teror dan kepedihan,” tambah ibu dari Puan Maharani dan Prananda Prabowo ini.

Dalam kongres itu Ketum PDIP mengingatkan kader banteng jangan asal menang dengan melakukan teror dan propaganda, karena strategi itu bisa membahayakan keutuhan bangsa.

“Jika menebar kebencian kembali merajalela, keutuhan bangsa terancam berantakan, tenaga bangsa remuk redam. Jika itu terjadi sesungguhnya demokrasi itu telah dilumpuhkan. Jika ada yang memainkan ini berarti ingin menyeret bangsa ini meninggalkan Pancasila dan UUD 1945. Artinya siappun yang menggunakan pola-pola tersebut mengancam memporakporandakan NKRI dan melenyapkan Bhineka Tunggal Ika. Tak dibayangkan jika hal ini terjadi,” ujar Mega yang mengenakan pakaian hitam lengkap dengan syal merah.

Mega menyebut jika apa yang telah diwariskan para pendiri dan pejuang bangsa yakni Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika sudah final dan mengingat bagi semua bangsa. Jangan di debat lagi karena pasti akan kalah.

“Tapi saya yakin, tidak ada satupun yang ingin menumpangi ideologi lain dan menggantikan Pancasila,” paparnya.

Karena itu, ke depan Mega berharap agar Pancasila dapat dibumikan kembali sebagai ideologi terbuka yang kehadirannya bisa dirasakan rakyat berupa keadilan sosial. Tak sekadar itu, ia berharap Pancasila menjadi kebijakan pembangunan ke depan demi optimasi potensi bangsa dengan research yang terukur.