Peremajaan Ms V, Lebih untuk Meningkatkan Kualitas Hidup

426

 

Tindakan peremajaan vagina, baik non-invasif, semi-invasif, maupun invasif dapat memperbaiki jaringan vagina, kelenturan dinding vagina, meningkatkan sensasi saat bersetubuh, memperbaiki kulit labia yang mengendur dan tidak kenyal yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan. Demikian dinyatakan dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG, yang akrab dipanggil dr. Yeni, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Bamed Women’s Clinic, kepada media di Jakarta.

dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG

“Dari masa pubertas sampai menopause, vagina mengalami beberapa fase yang dapat menurunkan elastisitasnya akibat perubahan hormon, kehamilan serta persalinan. Masalah yang umum terjadi adalah pada saat pasca melahirkan, jaringan vagina menjadi kendur, menciptakan rasa longgar dan berkurangnya kepekaan di daerah vagina, kesulitan untuk mengontrol urine akibat hilangnya kekuatan di uretra karena struktur pendukung pelvis yang lemah, daerah vagina terasa renggang dan kering. Di samping itu, pergeseran hormon yang terjadi karena menopause menyebabkan lapisan vagina kering, kurang elastis, dan meradang,” katanya.

Ia menambahkan, “Peremajaan vagina bukan hanya sekadar soal mencari kenikmatan seksual, tetapi juga bertujuan untuk semakin meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas hidup pasien. Peremajaan vagina bukanlah suatu hal yang tabu untuk dibicarakan sehingga perempuan tidak usah malu untuk mengemukakan kebutuhannya dan mencari solusi akan hal ini.”

Tentang prosedur non-invasif, dikatakan, sifatnya tidak melukai permukaan kulit dan mukosa vagina. Keunggulannya ialah tingkat kesulitannya yang lebih rendah serta dapat dilakukan secara sadar dan nyaman. Selama tindakan berlangsung, pasien akan merasakan kenaikan temperatur yang menimbulkan rasa hangat di daerah vagina maupun labia. Kenaikan temperatur tersebut dibutuhkan untuk memicu pengencangan yang dimaksud, durasinya hanya 20 menit.

Setelah tindakan non-invasif, pasien diizinkan untuk langsung pulang dan bisa beraktivitas seperti biasanya, seperti berolahraga. Namun, prosedur non-invasif sebaiknya tidak dilakukan saat masa Premenstrual Syndrome (PMS) karena biasanya tubuh akan lebih sensitif sehingga treatment ini akan terasa kurang nyaman dilakukan pada area sensitif. Prosedur ini bersifat tidak permanen, tetapi dapat dilakukan proses touch up secara berkala, yaitu antara 6 sampai 24 bulan tergantung kebutuhan.

Seperti penggunaan teknologi radio fequency sebagai upaya antipenuaan terhadap wajah, peremajaan vagina secara non-invasif juga menggunakan prinsip yang sama untuk perawatan labia remodeling, labia majora tightening, labia majora brightening, serta vaginal tightening atau pengencangan vagina. Bamed Women’s Clinic memiliki beberapa treatment peremajaan vagina, salah satunya CO2 fractional laser, tindakan non-invasif menggunakan teknologi laser untuk remodeling jaringan vagina dan mengembalikan jaringan vagina menjadi muda kembali. Selanjutnya treatment Labia Bleaching yang bertujuan memunculkan kembali kulit dengan menghilangkan lapisan melanin yang secara efektif mencerahkannya. Kriteria atau syarat melakukan terapi di antaranya perempuan yang mengalami masalah elastisitas vagina yang mulai berkurang (vaginal laxity), kering, atau infeksi berulang dan Stress Urinary Incontinence (SUI), serta mereka yang menginginkan solusi masalah kesehatan kewanitaan tanpa operasi.

Sementara itu, prosedur semi-invasif yaitu Labia Mayora Augmentation dan Injeksi G-Spot, bertujuan menambah volume pada bagian bibir vagina labia luar. Tindakan ini dapat dilakukan baik dengan Platelet Rich Plasma (PRP) atau filler sehingga tampilan vagina lebih berisi dan kencang. Prosedur ini juga membantu perempuan yang tidak dapat menikmati hubungan seks akibat kehilangan titik sensitifnya dengan cara menginjeksikan PRP pada area sensitif tersebut. PRP adalah serum yang dihasilkan dari darah pasien yang sudah melewati proses sentrifugasi.

Yang penting untuk diperhatikan, semua prosedur peremajaan vagina tidak dapat dilakukan saat perempuan sedang hamil, ibu melahirkan maupun ibu menyusui. Klinik ini juga mengharuskan pasien menjalani sesi konseling sebelumnya. Biaya radioterapi di klinik ini sekitar Rp 12 juta, sedangkan laser Rp 15 juta. (est)