E-Commerce Indonesia jadi tuan rumah di negeri sendiri

81
E-commerce jadi tuan rumah di negeri sendiri (foto: rei)

sironline.id, Jakarta – Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Semuel A Pangerapan mengatakan, e-commerce Indonesia harus mempunyai terobosan untuk menyediakan produk-produk yang unik dan berkualitas tinggi.

Hal itu disampaikan usai mendengar paparan hasil survei dari Alvara Research Center, sebuah lembaga riset yang berbasis di Indonesia, terkait pola dan perilaku kaum milenial di era digital, dalam hubungannya dengan kehadiran e-commerce yang sudah menjamur di Tanah Air.

Menurutnya, produk seperti kain tenun, batik, serta gitar banyak digandrungi oleh market, khususnya konsumen dari luar negeri. Ia menyarankan, supaya platform harus bisa menjadi ‘orangtua asuh’ bagi para perajin lokal yang menjajakan barangnya di platform.

“Di zaman sekarang ini, sesuatu yang berbeda itu yang banyak dicari oleh konsumen. Sehingga, para penyedia platform harus menjadi ‘orangtua asuh’, yang mampu memberikan terobosan kepada pelaku UKM untuk menciptakan produk yang unik dan bernilai tinggi,” ujarnya usai acara diskusi “E-Commerce Kita Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri” di Hotel Four Points, Thamrin, Jakarta Pusat. (9/7/2019).

Ia menambahkan, pelaku e-commerce juga harus bisa mengenali kekuatan yang dimiliki sehingga akan menjadi dasar dalam pengembangan produk yang dijual. “Jangan takut untuk bersaing, kalau kita memiliki banyak inovasi untuk menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tinggi,” tuturnya.

Sementara, Hasanudin Ali selaku CEO & Founder Alvara Research menjelaskan, kaum milenial Indonesia adalah digital natives, yang lebih memilih aplikasi e-commerce buatan Indonesia.

Dalam penggunaan aplikasi, tidak hanya aplikasi transportasi tetapi juga aplikasi digital payment maupun pesan hotel, para milenial juga lebih memilih aplikasi seperti Traveloka, Tiket.com, OVO, dan GoPay.

“Momentum yang lebih memilih aplikasi e-commerce buatan Indonesia ini harus dijaga supaya Indonesia bisa menjadi pemain utama di era ekonomi digital. Apalagi berbagai outlook ekonomi menyebutkan bahwa potensi transaksi e-commerce di Indonesia sangat besar,” ujarnya.

Berdasar data yang dimiliki, kata dia, pada 2020 transaksi e-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai USD 130 miliar atau setara Rp 1.700 triliun; naik tajam dibandingkan tahun 2016 sebesar USD 20 miliar (Rp 261 triliun) dan tahun 2013 sebesar USD 8 miliar (Rp 104 triliun). Terlebih, Indonesia merupakan penyumbang empat unicorn dan berada di peringkat tujuh di dunia, mengalahkan negara maju seperti Perancis, Swiss, dan Israel.

“Dengan mencetak unicorn, Indonesia mulai bergerak dari hanya sekadar pasar menjadi pemain utama di ekonomi digital sehingga kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan hanya itu, peningkatan ekonomi digital Indonesia oleh para e-commerce lokal juga dapat mencetak pemain baru. Pemain baru harus siap dengan inovasi yang menciptakan skalabilitas guna mengejar pertumbuhan yang cepat,” tegasnya. (rei)